Reporter: Agustinus Beo Da Costa, Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Yudho Winarto
JaKARTA. Setelah menambah tiga butik emas di semester I 2014 lalu, PT Aneka Tambang (Antam) Tbk siap membuka lima sampai 10 butik emas lagi. Pilihan kota perusahaan ini, seperti Medan (Sumatra Utara), Batam (Kepulauan Riau) dan Yogyakarta.
Ekspansi Aneka Tambang (Antam) membuka butik emas dimulai sejak tahun lalu. Hingga Juli 2014, perusahaan tambang plat merah ini sudah membuka sembilan butik emas yang menjual emas kepada konsumen ritel.
Perinciannya, enam butik dibuka tahun 2013 yakni dua butik di Jakarta, Bandung (Jawa Barat), Makassar (Sulawesi Selatan), Palembang (Sumatra Selatan) dan dua butik di Surabaya (Jawa Timur). Lalu, ada tiga butik lain dibuka tahun ini yakni di Semarang (Jawa Tengah), Balikpapan (Kalimantan Timur) dan Banjarmasin (Kalimantan Selatan).
Pembukaan butik emas ini merupakan bagian dari strategi Antam meningkatkan volume penjualan emas. Tahun ini, perusahaan berkode ANTM di Bursa Efek Indonesia ini menargetkan menjual emas 13,6 ton per tahun, atau tumbuh 46,23% dari penjualan emas tahun lalu yang sebanyak 9,3 ton. "Paling tidak omzet penjualan emas kami targetkan 1 kilogram (kg)–2 kg per hari," ujar Tri Hartono, Sekretaris Perusahaan Aneka Tambang kepada KONTAN, Minggu (20/7).
Tanpa menyebutkan nilai, Tri menyatakan, biaya pembukaan butik emasnya tak besar karena hanya menyewa ruang usaha. Semua butik emas ini dibangun dengan mengusung kekhasan Antam.
Antam meyakini butik emasnya bakal merebut hati para konsumen ritel meski harga jual emas tahun ini berada dalam tren turun. "Di beberapa kota seperti Surabaya dan Makassar, masyarakatnya sudah memiliki tradisi menyimpan emas. Karena itu kami akan terus mengedukasi pentingnya berinvestasi emas," beber Tri.
Lebih dari itu, Antam berharap penjualan emas tahun ini bisa mengompensasi proyeksi kinerja penjualan bijih besi yang jeblok akibat pemberlakuan larangan ekspor mineral mentah, mengacu pada Undang-Undang Nomor 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Antam menghitung, sepanjang 2014 berpotensi kehilangan pendapatan dari ekspor bijih nikel US$ 350 juta-US$ 400 juta.
Larangan ekspor mineral mentah sejak 12 Januari 2014, menghantam kinerja Antam. Di kuartal I-2014, penjualan bijih nikel Rp 86,99 miliar, atau anjlok 92,14% jika dibandingkan dengan penjualan bijih nikel di kuartal I-2013 yang sebesar Rp 1,11 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News