Reporter: Noverius Laoli | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sinar Mas melalui anak usahanya Asia Pulp And Paper (APP) tengah menyiapkan sistem dan teknologi baru dalam mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) di dalam maupun di luar wilayah konsesinya. Salah satunya dengan menggunakan sistem Incident Command System (ICS).
ICS merupakan sebuah perangkat atau sistem yang memiliki prinsip- prinsip penanggulangan insiden atau bencana yang efektif dan efisien dalam sistem komando, koordinasi, komunikasi dan pengelolaan sumberdaya penanggulangan keadaan darurat. ICS adalah model perangkat untuk komando, pengendalian dan koordinasi tindakan penanggulangan dan mengkoordinir usaha-usaha yang dilakukan pihak-pihak yang terkait untuk mencapai tujuan menstabilkan insiden dan melindungi jiwa, harta benda, dan lingkungan hidup.
Sejumlah langkah lain yang dilakukan APP adalah perekrutan dan pelatihan anggota baru regu pemadam kebakaran, menerapkan sistem ICS dan membangun situation room. Hal itu dikatakan General Manager Fire Management APP, Sinar Mas Sujica Lusaka, Selasa (15/3) kemarin.
Ia bilang, situation room akan menghubungkan situation room yang tersebar mulai lingkup satuan kerja terkecil hingga region. Dengan cara ini seluruh rencana kerja, operasi, pengerahan orang, peralatan, hingga logistik terpantau langsung. Bahkan, hotspot, titik api dan cuaca juga bisa terpantau. “Sistem ICS ini membantu kami mengelola bencana lebih terarah, sehingga rentetan kerja bisa lebih fokus,” ujar Sujica.
Sujica menjelaskan, pihaknya juga mengoperasikan helikopter secara berpasangan untuk melakukan pemadaman dari udara. Heli pertama melakukan pengamatan dan pemanduan bagi heli kedua yang melakukan water bombing. Helikopter jenis Super Puma memiliki kapasitas angkut air untuk bombing hingga 4,5 ton, jika dibandingkan heli standar yang hanya menampung 600 liter air.
APP juga menggunakan teknologi geothermal untuk mendeteksi dini titik api untuk mempercepat pemadaman. Teknologi yang berasal dari Australia ini akan digunakan pada akhir Maret. Selain itu, perseroan juga mengembangkan program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) sebagai upaya preventif dalam mencegah karlahut. Hingga 2020, ditargetkan ada 500 Desa Makmur Peduli Api di sekitar konsesi APP.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei menambahkan, masih sangat minim jumlah perusahaan yang mengelola konsesi di Riau secara sukarela terlibat dalam pencegahan kebakaran lahan dan hutan bersama pemerintah dan TNI-Polri. Akibatnya, kebakaran masih terjadi karena penanganan yang belum optimal.
Willem mengakui dari sekian banyak perusahaan yang beroperasi di Riau, yang berperan aktif dalam koordinasi sejauh ini baru dari dua induk perusahaan industri kehutanan, salah satunya APP, sedangkan perusahaan kelapa sawit tidak ada. Catatan saja, Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman telah menetapkan siaga darurat karlahut di Riau hingga tiga bulan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News