kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

APREA proyeksikan Asia tetap menjadi tempat pertumbuhan global di masa depan


Jumat, 09 April 2021 / 09:32 WIB
APREA proyeksikan Asia tetap menjadi tempat pertumbuhan global di masa depan
ILUSTRASI. APREA proyeksikan Asia tetap menjadi tempat pertumbuhan global di masa depan


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Real Assets Asia Pasifik (APREA) memproyeksikan Asia tetap menjadi tempat pertumbuhan global di masa depan. China, Jepang, India dan kawasan Asia Tenggara pada tahun 2030 diperkirakan akan memiliki ekonomi terbesar di dunia.

Ketua APREA yang juga co-founder & Deputy Chairman ARA Asset Management Limited, John Lim, menyampaikan investasi infrastruktur pada akhirnya menjadi syarat yang dibutuhkan bagi pengembangan ekonomi. Termasuk menciptakan lebih dari setengah kota besar di dunia.

"Investasi untuk pembangunan infrastruktur di Asia Pasifik adalah siklus yang akan dimainkan selama beberapa dekade," ungkap John dalam keterangan yang disampaikan Selasa (6/4).

Asia Development Bank (ADB) memperkirakan kawasan Asia perlu menginvestasikan sekitar US$ 26 triliun dari tahun 2016 hingga 2030 untuk mempertahankan momentum pertumbuhan di kawasan ini. Termasuk untuk memberantas kemiskinan dan menangani perubahan iklim.

Kawasan Asia Pasifik pun memberikan peluang investasi infrastruktur lebih dari US$ 8 triliun selama sepuluh tahun ke depan. Dengan permintaan infrastruktur yang diperkirakan akan meningkat secara eksponensial, ada kemungkinan pembiayaan berkelanjutan untuk proyek-proyek besar mendapatkan daya tarik, sehingga terbuka peluang bagi sektor swasta untuk berpartisipasi.

Belanja infrastruktur pun bisa menjadi penggerak ekonomi untuk mengangkat keterpurukan akibat pandemi Covid-19. China, misalnya, berencana untuk terus melakukan investasi infrastruktur utama dalam 5 hingga 7 tahun ke depan dengan kebutuhan dana sekitar US$ 7 triliun.

India pun berencana untuk melakukan investasi infrastruktur senilai US$ 1,5 triliun. Proyek infrastruktur yang ambisius juga terjadi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).

Seperti di Filipina yang menggelar 75 proyek yang diproyeksikan memerlukan biaya US$ 180 miliar. Di Indonesia, sejumlah proyek infrastruktur digenjot, termasuk proyek kereta cepat sejauh 140 kilometer yang menghubungkan Jakarta-Bandung.

CEO APREA Sigrid Zialcita mengungkapkan bahwa saat ini ekonomi Asia Tenggara memiliki nilai US$ 2,4 triliun, menjadi yang terbesar ketujuh di dunia dan diperkirakan melonjak ke posisi keempat pada tahun 2050. Tenaga kerja akan bertambah hingga 60 juta dan populasi perkotaan diperkirakan meningkatkan sebanyak 90 juta pada 2030.

"ASEAN membutuhkan pembangunan infrastruktur jika ingin mempertahankan pertumbuhan ekonominya," ujar Sigrid.

Di sisi lain, rencana untuk mengintegrasikan ekonomi kawasan juga akan memicu investasi infrastruktur. Misalnya dalam inisiatif belt road China untuk menghubungkan Asia, kemudian juga Jepang yang memperluas pendanaan dalam pembangunan infrastruktur kawasan.

Diplomasi infrastruktur juga telah membuat Amerika Serikat dan Australia berkolaborasi dalam proyek infrastruktur kawasan. Di sisi lain, Eropa juga memiliki strategi untuk "menghubungkan Eropa dan Asia". Kondisi ini mengarah pada internasionalisasi modal di Asia Pasifik.

Kawasan ini pun diproyeksikan tetap menjadi pusat aktivitas konstruksi dengan kota-kota yang terus berkembang. Pada tahun 2030, tujuh dari 10 kota besar yang terbesar di dunia akan berada di Asia Pasifik.

Dengan peningkatan populasi perkotaan yang diperkirakan mencapai tiga miliar, permintaan infrastruktur dan real estate juga akan meningkat. John Lim menilai, sekuritisasi aset sangat penting dalam mendorong pertumbuhan dan akan menjadi investasi yang besar.

"Manfaat berinvestasi dalam aset yang dilembagakan lebih jelas saat dunia menuju masa depan pasca pandemi. Asia Pasifik tetap prima untuk memanfaatkan revolusi dalam aset riil. Tujuan APREA adalah membuka jalan bagi kemajuan peluang investasi dalam aset nyata kawasan ini," ungkap John.

Adapun dalam ulang tahun-nya yang ke-16, APREA meredefinisi ulang misi, yaitu untuk mempromosikan pertumbuhan di sektor aset riil. Termasuk dengan mewakili anggotanya dalam kebijakan, menyediakan akses ke penelitian dan wawasan yang memajukan industri, serta menghubungkan anggota terhadap peluang bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×