Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asahimas Flat Glass Tbk (AMFG) mematok pertumbuhan di tahun 2019 dikisaran 10% saja. Angka tersebut, sama seperti proyeksi di tahun ini. Menurut perseroan permintaan kaca masih terus berkembang dan bertumbuh.
Rusli Pranadi, Direktur AMFG mengungkapkan, pertumbuhan permintaan kaca nasional tiap tahunnya rata-rata 5%-6%, bahkan khusus untuk kaca otomotif mampu tumbuh diatas rata-rata angka tersebut.
Beberapa tantangan bakal dihadapi perseroan demi mencapai target tersebut, hal ini diakui Rusli yang mana saat depresiasi rupiah pabrikan mengalami kenaikan beban operasional dari penggunaan energi gas yang dibeli dalam dollar AS.
"Untuk mengatasi itu kami terus tingkatkan ekspor, melakukan partial hedging dan mengatur jadwal pembayaran utang jangka panjang," bebernya saat paparan publik perseroan berlangsung, Jumat (16/11). Terkait ekspor, sampai kuartal tiga tahun ini porsinya terhadap revenue telah mencapai 40% atau senilai Rp 1,22 triliun.
Jumlah tersebut naik 17% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp 1,04 triliun dengan mayoritas negara tujuan Asean, India dan Jepang. Sedangkan untuk hedging dan pembayaran utang, AMFG bakal terus mengkomunikasikannya dengan pihak perbankan.
Saat ini kapasitas pabrik AMFG untuk kaca lembaran mencapai 630.000 ton per tahun sedangkan kaca otomotif kisaran 5,8 juta meter persegi (m²) pertahunnya dengan utilitas mencapai 90%. Sedangkan di semester I-2019 nanti perseroan bakal mengoperasikan pabrik baru kaca lembaran, sehingga total kapasitas produksi yang dimiliki AMFG ialah 720.000 ton kaca lembaran pertahun.
Setelah pabrik beroperasi, kemungkinan utilitas menurun menjadi 85% dengan pertimbangan melihat kebutuhan pasar. "Sebab demand tidak selalu selaras dengan produksi yang ada," ucap Rusli.
Sepanjang 2018 ini manajemen mengaku telah menggelontorkan capital expenditure sampai US$ 107 juta, dimana US$ 100 juta sudah dipakai untuk ekspansi pabrik baru. Untuk tahun depan menurut Rusli tidak mengalami kenaikan lantaran pabrik sudah hampir rampung, belanja modal 2019 pun diproyeksikan dikisaran US$ 40 juta saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News