kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.894   36,00   0,23%
  • IDX 7.206   65,50   0,92%
  • KOMPAS100 1.108   12,68   1,16%
  • LQ45 879   12,89   1,49%
  • ISSI 221   1,21   0,55%
  • IDX30 449   6,81   1,54%
  • IDXHIDIV20 541   6,16   1,15%
  • IDX80 127   1,52   1,20%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,88   1,28%

Asosiasi Kedelai Bersiap Hadapi Gejolak Harga Kedelai di Tengah Konflik Geopolitik


Selasa, 08 Oktober 2024 / 18:00 WIB
Asosiasi Kedelai Bersiap Hadapi Gejolak Harga Kedelai di Tengah Konflik Geopolitik
ILUSTRASI. Akindo tengah mempersiapkan langkah strategis untuk menghadapi potensi gejolak harga kedelai. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/wpa.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) tengah mempersiapkan langkah strategis untuk menghadapi potensi gejolak harga kedelai yang dipengaruhi oleh konflik geopolitik global, seperti ketegangan di Timur Tengah dan perang Rusia-Ukraina yang belum berakhir. 

Melalui Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub), Akindo telah memilih kepengurusan baru untuk periode 2024-2029. Hidayatullah Suralaga ditetapkan sebagai Ketua Umum, Rayfarrell Dwia sebagai Sekretaris Jenderal, dan Rossy Wanandi sebagai Bendahara.

Rayfarrell Dwia, selaku Sekretaris Jenderal, menegaskan bahwa kolaborasi antara pelaku usaha kedelai sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan yang ada. 

Baca Juga: Kepengurusan Baru Akindo Fokus Kurangi Ketergantungan Impor Kedelai

"Mari kita bergandengan tangan untuk memperluas jaringan dan memastikan manfaat asosiasi ini dapat dirasakan oleh banyak kalangan. Akindo akan terus menjadi wadah aspirasi kepada pemerintah untuk kebijakan yang lebih tepat guna," ujar Rayfarrell dalam keterangan resminya yang diterima Kontan, Selasa (8/10).

Ia juga menambahkan bahwa Akindo berkomitmen mendukung stabilitas pasokan kedelai, sejalan dengan program ketahanan pangan nasional.

Sementara itu, Nailul Huda, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), turut mengingatkan bahwa meskipun kedelai bukanlah kebutuhan pokok seperti beras, dampaknya tetap signifikan jika terjadi lonjakan harga. 

"Jika harga kedelai melonjak, pemerintah akan menghadapi tekanan dari perajin tahu dan tempe. Ini pernah terjadi beberapa tahun lalu, ketika harga kedelai mencapai Rp135 hingga Rp145 ribu per kilogram, yang menyebabkan banyak perajin berhenti produksi," ungkap Huda. 

Baca Juga: La Nina Membayangi Margin Emiten Poultry

Ia juga memperingatkan bahwa tantangan ke depan akan semakin berat, mengingat ketidakstabilan harga kedelai di pasar global yang terpengaruh oleh situasi geopolitik.

Data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) per 7 Oktober 2024 mencatat bahwa meskipun harga beberapa komoditas pangan mengalami penurunan, harga kedelai biji kering impor di tingkat pedagang eceran tercatat sebesar Rp10.470 per kilogram, turun sebesar 2,70%.

Namun, para ahli memperkirakan potensi kenaikan kembali seiring perkembangan konflik global yang mempengaruhi rantai pasok komoditas. 

Akindo diharapkan dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan kedelai, serta terus memperkuat posisi industri kedelai di Indonesia dalam menghadapi tantangan global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×