kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,69   4,34   0.47%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asosiasi mainan sebut bisnis mainan playgrounds berpeluang tumbuh di Indonesia


Jumat, 12 Juli 2019 / 16:24 WIB
Asosiasi mainan sebut bisnis mainan playgrounds berpeluang tumbuh di Indonesia


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Besarnya populasi anak dan balita di Indonesia turut menguatkan permintaan akan produk mainan playgrounds (taman bermain). Industri lokal dinilai dapat menangkap segmen tersebut sebagai peluang bisnis.

Sutjiadi Lukas, Ketua Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) mengatakan bahwa kategori mainan edukasi tersebut punya nilai penjualan yang tidak sedikit, sementara kebutuhan di dalam negeri belum dapat diisi sepenuhnya.

"Banyak produknya yang belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI)," ujarnya saat ditemui usai Konferensi Pers Pameran Mainan Indonesia, Jumat (12/7).

Baca Juga: Empat investor mainan asal China yang bakal masuk ke Indonesia

Sayangnya AMI tak menjabarkan market value dari segmen tersebut, namun sebagai gambaran, saat ini ada 234.000 lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang berdiri di Indonesia. Banyak PAUD di luar kota-kota besar kekurangan produk mainan playgrounds, diperkirakan 60% PAUD tersebut belum memiliki fasilitas mainan secara lengkap.

"Pasar playgrounds ini memang besar, tidak hanya PAUD saja tapi restoran atau tempat perbelanjaan juga kadang butuh fasilitas ini," sebut Sutjiadi. Untuk investasi di sektor ini cukup memakan biaya besar.

Satu molding (cetakan) mainan playgrounds dapat memakan biaya hampir Rp 1 miliar, sedangkan dalam satu tempat bermain tersebut minimal membutuhkan 10 varian cetakan lainnya. Beberapa contoh mainan playgrounds meliputi fasilitas indoor seperti seluncuran, rumah-rumahan, kolam bola dan lainnya.

Baca Juga: Jakarta bakal jadi tuan rumah pameran mainan terbesar se-Asia Tenggara

Produk-produk tersebut sebagian besar raw material-nya ialah fiber glass. Saat ini, kata Sutjiadi, sebuah perusahaan asal China tertarik untuk masuk ke Indonesia.

Menurut AMI, produsen tersebut belum akan mengoperasikan pabrik manufaktur namun tengah mencari mitra lokal untuk membangun lini perakitan di Indonesia. Adanya perang dagang antara China-Amerika Serikat (AS), membuat para produsen asal Tiongkok melirik kawasan Asean sebagai lini produksinya yang baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×