kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.888.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.340   30,00   0,18%
  • IDX 7.176   -23,15   -0,32%
  • KOMPAS100 1.044   -7,03   -0,67%
  • LQ45 815   -3,41   -0,42%
  • ISSI 226   -0,18   -0,08%
  • IDX30 426   -2,13   -0,50%
  • IDXHIDIV20 508   0,07   0,01%
  • IDX80 118   -0,55   -0,47%
  • IDXV30 121   0,13   0,11%
  • IDXQ30 139   -0,23   -0,17%

Ayo, Siapa Mau Kayu Lama?


Senin, 29 Maret 2010 / 10:14 WIB
Ayo, Siapa Mau Kayu Lama?


Sumber: Kontan | Editor: Test Test

JAKARTA. Biasanya, setiap melelang kayu jati, Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) melepas kayu jati gelondongan yang baru ditebang. Tapi, minggu ini, BUMN kayu ini bakal melelang secara online stok gelondongan kayu tebangan lawas yang belum berhasil terjual. Uniknya, Perhutani bakal melepas kayu itu dengan harga cukup miring.

Direktur Perdagangan iPasar FX Judamanto mengungkapkan, total volume gelondongan kayu jati lama yang akan dilelang Perhutani tersebut sekitar 9.000 meter kubik (m³) dengan ukuran cukup bervariasi. Mulai dari diameter kurang dari 20 centimeter (A1), diameter antara 20 sampai 30 centimeter (A2), dan di atas 30 centimeter (A3).

Nah, hari ini, Senin (29/3), iPasar selaku penyedia lelang online dan Perum Perhutani akan menggelar rapat evaluasi untuk mendesain ulang formulasi untuk menjual kayu-kayu jati tebangan tahun lalu itu. Maklum, selama ini, Perhutani kesulitan menjual kayu-kayu itu ke pasar. Salah satu penyebabnya, pengusaha mebel tidak banyak tahu seputar informasi penjualan kayu-kayu itu.

Makanya kini Perhutani menyebarkan secara luas rencana pelelangan kayu-kayu jati tebangan lama itu. Bahkan, Perhutani bakal mendiskon harga kayu-kayu itu. "Beberapa perajin kayu di Jawa Tengah dan tempat lain sangat antusias dengan rencana ini," kata Judamanto, akhir pekan lalu.

Direktur Pemasaran dan Industri Perum Perhutani Ahmad Fachrodji menyebutkan, pihaknya sedang melengkapi data-data stok kayu lamanya. Misalnya saja, data soal kavling tempat kayu tersebut ditebang dan tempat penimbunan kayu. "Kalau sudah siap, nanti kami akan langsung lelang," jarnya.

Perhutani telah membuat mekanisme pengurangan harga kayu-kayu itu. Misalnya, sekalinya tidak laku saat lelang, nilai kayu akan susut 10% dari harga penetapan awal. Jika sampai dua kali lelang tetap tidak laku, nilainya akan susut 20%. Tapi, nilai penyusutan akan mentok sampai angka 30% saat lelang ketiga dan berikutnya digelar.

Sekadar informasi, Perhutani menetapkan harga standar kayu jati untuk jenis A1 sebesar Rp 1,8 juta, A2 dibanderol seharga Rp 2,5 juta, dan A3 sekitar Rp 3,5 juta per m³.

Pada lelang online kali ini, Perhutani akan menjual kayu-kayu lama itu sepaket dengan kayu-kayu baru. Tujuannya adalah meningkatkan nilai tambah stok kayu lama tersebut. "Kayu lama ini akan menjadi imbangan kayu baru, sehingga harganya lebih kompetitif," tambah Ahmad.

Penjualan kayu stok lama ini bukanlah yang pertama. Pada lelang konvensional, Perhutani pernah melelang kayu stok lama. Kayu-kayu tersebut banyak diburu para perajin kayu kelas menengah ke bawah.

"Kalau bukan para perajin, yang membeli adalah trader maupun perantara," kata Ahmad. Oleh para trader, kayu itu lantas dijual lagi ke perajin kecil dengan sistem pembayaran setelah produk jadi laku.

Penetapan margin menjadi faktor penentu laku-tidaknya kayu di saat pelelangan. Buktinya, lelang online kayu Perhutani melalui iPasar pekan lalu kembali menggeliat setelah pekan sebelumnya macet total lantaran Perhutani sempat mengerek margin dari harga dasar ke harga harapannya alias harga jual.

Dua pekan lalu, Perhutani meningkatkan margin dari 5% menjadi 7,5% untuk mengetes pasar. Soalnya, selama perdagangan online sejak 18 Februari 2010, tingkat penyerapan kayu terus naik setiap pekan. Tapi, kenaikan margin itu memicu reaksi negatif dari pasar. Terbukti, tidak satu meter kubik pun terjual di pasar lelang pada pertengahan dua pekan lalu. Sebab, harga jual kayu Perhutani bengkak dari Rp 3,7 juta jadi Rp 3,88 juta

Perhutani maupun iPasar menangkap reaksi pasar ini sebagai penolakan terhadap penetapan margin yang terlalu tinggi. "Di lelang berikutnya, Perhutani menurunkan margin harga harapan dari 7,5% menjadi 5%," ujar Judamanto. Hasilnya, dengan menyediakan 300 m³ kayu jati, Perhutani berhasil melego 100 m³.

Kayu jati yang dilelang Perhutani merupakan gelondongan sedang dari tebangan habis. Kayu jati bundar yang dilelang harus tidak cacat. Tapi, masih dimungkinkan cacat doreng, asal jarak dari teras terluar maksimal 5% dari diameter kayu itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×