kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bakal jadi terbesar di dunia, Holding BUMN panas bumi ditargetkan terbentuk tahun ini


Jumat, 19 Februari 2021 / 15:56 WIB
Bakal jadi terbesar di dunia, Holding BUMN panas bumi ditargetkan terbentuk tahun ini
ILUSTRASI. Bakal jadi terbesar di dunia, Holding BUMN panas bumi ditargetkan terbentuk tahun ini


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

Rencananya akan ada peningkatan kapasitas sebesar 55 MW melalui proyek Dieng 2 dan 3. Wilayah kerja Dieng sendiri memiliki potensi energi panas bumi sebanyak 400 MW.

Lalu, Geo Dipa juga mengoperasikan PLPT Patuha dengan kapasitas 60 MW, dan sedang dikembangkan untuk Unit 2 dan 3 dengan kapasitas 55 MW. Selain itu, Geo Dipa juga memiliki area prospek Cadradimuka di Banjarnegara, Jawa Tengah yang memiliki potensi 80 MWe.

Untuk PGE, dalam lima tahun ke depan berencana untuk menggandakan kapasitas terpasang PLTP dari kapasitas eksisting sebesar 672 MW menjadi sekitar 1.300 MW atau (1,3 GW).

Baca Juga: Wijaya Karya Beton (WTON) Memacu Utilitas Pabrik Beton, Bidik Produksi 3,2 Juta Ton

Saat ini PGE mengelola 14 Wilayah Kerja Panas bumi (WKP) dengan total kapasitas terpasang sebesar 672 MW yang dioperasikan sendiri (own operation). Selain itu, PGE juga mempunyai 1.205 MW yang dijalankan secara joint operation contract (JOC).

Dalam situs resminya, saham PGE dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) dengan 706.204 saham (91,09%) dan PT Pertamina Pedeve Indonesia dengan 69.052 saham (8,91%).

IPO PGE

PGE pun dikabarkan akan menjadi induk dari holding BUMN panas bumi tersebut. Di sisi lain, PGE juga kabarnya akan menjadi salah satu anak usaha Pertamina yang akan melakukan penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada tahun ini.

Sayangnya, mengenai informasi tersebut Wakil Menteri I BUMN Pahala Mansury belum memberikan konfirmasi. Begitu juga dari pihak PGE maupun SVP Corporate Communication and Investor Relation Pertamina Agus Suprijanto yang belum menjawab permintaan konfirmasi dari Kontan.co.id.

Yang pasti, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM turut menyampaikan pandangan atas wacana tersebut. Dirjen EBTKE Dadan Kusdiana menilai IPO bisa menjadi salah satu strategi untuk memperkuat kinerja PGE dalam mengoptimalkan pemanfaatan panas bumi.

"Tentunya pemerintah mengapresiasi Pertamina untuk melakukan berbagai upaya agar kinerja PGE menjadi lebih baik, termasuk melalui IPO," kata Dadan kepada Kontan.co.id, Rabu (17/2).

Baca Juga: Kata Dirjen EBTKE soal rencana IPO Pertamina Geothermal dan holding panas bumi

Begitu juga terkait wacana pembentukan holding BUMN panas bumi. Pelibatan badan usaha baik BUMN maupun swasta dibutuhkan pemerintah untuk memanfaatkan potensi panas bumi yang besar di Indonesia. Saat ini, pemerintah pun mendorong peningkatan kualitas data panas bumi sehingga bisa mengurangi risiko dalam pengembangannya.

"Potensi panas bumi kita masih sangat besar. Perlu pengembang yang lebih paham dan pengalaman," sambung Dadan.

Namun untuk pembentukan holding, dia menegaskan bahwa hal itu sepenuhnya menjadi kewenangan Kementerian BUMN.  "Pembentukan holding kan bisa juga berhalan berbarengan dengan IPO. Terkait siapa yang akan menjadi induknya, saya kira sudah mekanismenya di BUMN," kata Dadan.

Terpisah, pengamat BUMN dari Universitas Indonesia Toto Pranoto menilai rencana IPO kelompok usaha Pertamina yang berbasis energi terbarukan (PGE) memiliki prospek yang baik. Terutama di tengah komitmen global dan upaya pemerintah dalam mencapai transisi ke energi bersih (green energy).

"Investasi di renewable energy ini membutuhkan alokasi capex yang luar biasa besar. Sehingga langkah Pertamina ini saya anggap sudah tepat," jelas Toto.

Lebih lanjut, Toto menilai berpandangan bahwa holding panas bumi BUMN bisa memberikan value creation dan efisiensi operasional (cost reduction program) yang lebih besar. Termasuk potensi membesarkan sales ke PT PLN (Persero) dengan jaringan yang lebih terintegrasi.

"Apabila (PGE) sudah Tbk (terdaftar di bursa saham) lebih dulu, langkah penggabungan tetap bisa dilakukan dengan melihat cases BRIS (Bank Syariah) saat melakukan merger," sebut Toto.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa juga menilai bahwa konsolidasi BUMN panas bumi memiliki nilai strategis. Dari sisi aset dan sumber daya, saat ini PGE memang memiliki kapasitas terbesar.

Konsolidasi bisa dilakukan dengan Geo Dipa dan PLN Geothermal. Konsolidasi ketiga perusahaan ini, kata Fabby, bisa meningkatkan penguatan sumber daya manusia, kapasitas kemampuan modal (capital), dan aset sumberdaya panas bumi.

"Diharapkan dengan konsolidasi ini, eksplorasi bisa ditingkatkan. Demikian juga dengan pengembangan area panas bumi, serta bargaining position energi panas bumi di PLN," ungkap Fabby.

Selanjutnya: Hutama Karya Siap Menerapkan Transaksi Nirsentuh di Ruas Jalan Tol

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×