kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   19.000   0,99%
  • USD/IDR 16.313   -6,00   -0,04%
  • IDX 7.413   15,12   0,20%
  • KOMPAS100 1.042   -2,83   -0,27%
  • LQ45 788   -0,57   -0,07%
  • ISSI 247   -0,50   -0,20%
  • IDX30 409   0,09   0,02%
  • IDXHIDIV20 469   2,31   0,49%
  • IDX80 118   -0,30   -0,25%
  • IDXV30 119   0,07   0,06%
  • IDXQ30 130   0,22   0,17%

BATAN merasa tak didukung soal nuklir


Senin, 12 Oktober 2015 / 19:06 WIB
BATAN merasa tak didukung soal nuklir


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) mengakui pengembangan nuklir sebagai sumber energi bersih dan kompetitif di Indonesia masih sulit. Faktor utamanya, ketiadaan dukungan politik dari pemerintah maupun politisi dalam kebijakan nuklir sebagai sumber energi.

Djarot Sulistio Wisnubroto, Kepala BATAN bilang, ide penggunaan nuklir sebagai sumber energi sudah tercetus sejak lama di Indonesia. Pada dekade 1970-an, pernah ada kerjasama eksplorasi Uranium yang menjadi bahan nuklir di wilayah Kalimantan Barat.

"Namun kerjasama itu akhirnya tidak berlanjut karena ada salah satu klausul yang tidak mencapai kesepakatan antara Indonesia dan Prancis," kata Djarot saat dihubungi KONTAN, Senin (12/10).

Dalam perkembangannya, pengembangan nuklir sebagai sumber energi di Indonesia sulit mendapat kemajuan. Misalkan untuk pengembangan nuklir dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), hingga saat ini pemerintah maupun DPR belum memberikan perhatian yang besar.

Padahal banyak sekali investor luar negeri yang siap membangun PLTN di Indonesia. "Yang mereka butuhkan adalah sikap politik yang jelas dari pemerintah bahwa negara mendukung nuklir sebagai sumber energi yang vital di Indonesia. Tanpa itu, investor juga akan merasa ragu," ujar Djarot.

Sampai kini BATAN terus menjalin koordinasi dengan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Bagaimanapun juga, ketersediaan minyak bumi, gas dan batu bara suatu saat akan habis.

"Dengan tren produksi yang menurun, ada baiknya pemerintah maupun DPR mulai membuka ruang untuk pengembangan nuklir. Apalagi dalam survei kami tahun lalu, sebanyak 72% masyarakat Indonesia sudah bisa menerima pembangunan PLTN," jelas Djarot.

BATAN sendiri hari ini menandatangani kerjasama dengan Miner-Nantes/Subatec, Pusat Tenaga Atom dari Prancis. Selain mengasah kemampuan SDM Indoensia dalam pengembangan nuklir, BATAN hendak belajar teknologi dan pengalama dari Prancis sebagai negara yang mengandalkan nuklir sebagai sumber energi utama untuk pembangkit listrik.

"Sebanyak 70% pasokan listrik di Prancis dihasilkan oleh 58 PLTN yang tersebar di seluruh Prancis. Meskipun jumlah tersebut masih kalah dari Amerika Serikat yang memiliki lebih dari 100 PLTN di seluruh negeri," pungkas Djarot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×