Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) memastikan divestasi aset batubaranya di PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU) tidak memberikan dampak signifikan pada kinerja keuangan.
Sebagai informasi, Indika Energy melalui PT Indika Indonesia Resources (IIR) dan Indika Capital Investments Pte. Ltd. (ICI), telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Bersyarat dengan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk sebagai pembeli sehubungan dengan rencana penjualan 100% kepemilikan saham di Multi Tambangjaya Utama.
Berdasarkan CSPA tersebut, Indika menjual keseluruhan saham di MUTU sebanyak 2,26 miliar saham (2.263.030.000 saham) dan Indika Capital Investments bermaksud untuk mengalihkan seluruh hak dan kewajibannya berdasarkan Perjanjian Jasa Pemasaran (Marketing Rights) dengan total nilai sebesar US$ 218 juta.
MUTU adalah perusahaan pertambangan bituminious thermal dan coking coal di Kalimantan Tengah yang memegang PKP2B generasi ke-3 dengan area konsesi 24.970 hektare dan telah menjadi bagian dari Indika Energy Group sejak 2012. MUTU menunjukkan pertumbuhan bisnis yang baik sejak berproduksi di tahun 2016 dan mencapai profit tertinggi di tahun 2022.
Baca Juga: INDY Gencar Bermain di Kendaraan Listrik
Wakil Direktur Utama dan CEO Grup INDY, Azis Armand menyatakan, dua tahun terakhir Indika mendivestasi aset di batu bara di antaranya Petrosea dan Mitrabahtera Segara Sejati (MBSS).
“Baru-baru kami tanda tangan perjanjian awal jual beli untuk mendivestasi salah satu aset batu bara kami,” ujarnya di acara Tripatra Sustainable Engineering Summit di Jakarta, Jumat (13/10).
Azis menjelaskan, pelepasan aset batubara yakni di MUTU merupakan strategi diversifikasi portofolio Perusahaan. Dia memastikan aksi korporasi ini tidak berdampak signifikan pada kinerja keuangan di tahun ini.
“Engga ada (dampak) sih harusnya tidak signifikan ya,” ujarnya saat ditemui selepas acara.
Sebagai gambaran, hasil tambang MUTU berkontribusi sebesar 7,49% pada pendapatan konsolidasi INDY di sepanjang 2022 atau senilai US$ 325,6 juta. Pendapatan itu naik 124,1% dibandingkan dengan pendapatan 2021 sebesar US$ 145,2 juta karena adanya peningkatan volume penjualan dan harga jual rata-rata.
Azis menjelaskan, produksi batubara di MUTU hanya sekitar 1,5 juta ton setiap tahunnya. Jadi secara umum, pelepasan aset ini tidak terlalu banyak berpengaruh ke kinerja bisnis. Hanya saja, produksi batubara INDY tentu akan terlihat lebih melandai.
Dalam catatan Kontan.co.id, di sepanjang tahun ini, INDY mencanangkan target produksi batubara sebesar 32,8 juta ton, di mana 31 juta ton dari Kideco dan 1,8 juta ton dari Multi Tambangjaya Utama. Jika MUTU sudah resmi dilepas, artinya produksi batubara INDY hanya mengandalkan dari tambang Kideco saja.
Di tahun lalu, produksi tambang Kideco sebesar 34,8 juta ton sedikit turun 2,9% dari 35,8 juta ton di tahun 2021.
Pada tahun 2022, Kideco mendapatkan Izin Usaha Pertambangan Khusus Eksplorasi (IUPK) untuk perpanjangan izin operasional batu bara hingga bulan Maret tahun 2033 dan dapat diperpanjang lagi 10 tahun berikutnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sebagai perusahaan tambang batu bara terbesar ketiga di Indonesia dari segi produksi, Kideco merupakan aset utama INDY di dalam pilar sumber daya energi.
Secara geografis basis pelanggan Kideco beragam, termasuk hubungan jangka panjang dengan sejumlah perusahaan pembangkit listrik terkemuka di Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan Indonesia, dengan kapasitas terpasang tahunan hingga mencapai 50 juta ton.
“Di tahun depan belum tahu (akan ada pelepasan aset batubara). Semua opsi akan kita eksplorasi,” imbuhnya.
Sejalan dengan pelepasan aset batubara, Azis berharap target INDY di 2025 yakni pendapatan dari sektor batubara dan non-batubara bisa seimbang 50:50.
Selain melakukan divestasi ada upaya lain yang dilakukan Indika untuk mengurangi kontribusi dari sektor batubara yakni diversifikasi bisnis ke tenaga surya, kendaraan listrik, dan solusi berbasis alam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News