Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Graha Layar Prima Tbk, pemilik jaringan bioskop CGV Cinemas Indonesia, menambah empat bioskop selama Januari hingga Juni ini. Penambahan bioskop tersebut belum sampai separuh dari realisasi ekspansi saban tahun yang biasanya sebanyak 12-18 bioskop.
Maka dari itu, ekspansi bioskop Graha Layar masih berlanjut. "Kami year on year penambahan growth bioskop itu 55% layar dan 40% pertumbuhan bioskop," tutur Manael Sudarman, Head of Sales and Marketing CGV Cinemas Indonesia, saat dihubungi KONTAN, Senin (25/6).
Ekspansi bioskop tahun 2018 akan mencuil bagian alokasi dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 500 miliar. Satu bioskop minimal berisi empat layar.
Sejauh ini, Graha Layar mengoperasikan 46 bioskop dengan total lebih dari 300 layar. Jumlah bioskop itu termasuk 16 bioskop anyar yang buka tahun lalu.
Adapun empat bioskop baru yang hadir tahun ini tersebar di empat provinsi. Tiga bioskop buka Januari 2018 terletak di Transmart Bintaro (Jakarta), Daya Grand Square Makassar (Sulawesi Selatan) dan Technomart Karawang (Jawa Barat). Satu bioskop lagi di BG Junction Surabaya, Jawa Timur pada Maret.
Mengenai pemilihan lokasi ekspansi bioskop, Graha Layar terbuka untuk semua peluang. Dalam catatan mereka, lokasi bioskop di dekat pemukiman umumnya memiliki trafik penonton yang lebih tinggi. Dua lokasi bioskop mereka dengan catatan trafik tinggi, seperti CGV Cinemas di Slipi (Jakarta) dan Bekasi (Jawa Barat).
Namun perlu diketahui, trafik yang besar tak serta-merta berbanding lurus dengan pendapatan. Pasalnya, Graha Layar mematok harga jual tiket beragam tergantung lokasi bioskop.
Selain mengandalkan sebaran lokasi bioskop, strategi bisnis Graha Layar adalah menawarkan pengalaman menonton. Mulai tahun ini, perusahaan berkode saham BLTZ di Bursa Efek Indonesia tersebut memperkenalkan ScreenX Auditorium dengan tiga layar dengan sensasi menonton berbeda.
Tak cuma itu, pengembangan bisnis makanan dan minuman atawa food and beverage (F&B) juga tak luput dari perhatian Graha Layar. Selain menjadi iming-iming bagi penonton, produk F&B menjanjikan margin yang lebih besar ketimbang margin tiket bioskop. Manajemen Graha Layar mengatakan, bisnis tiket bioskop adalah revenue sharing atau pendapatan yang harus dibagi dengan beberapa pihak lain.
Sementara Graha Layar mengaku, bisnis F&B mampu memberikan margin 10%-60%. "Dari tiket itu margin tidak terlalu besar, jadi bioskop making money dengan F&B," ungkap Manael.
Dalam catatan KONTAN, tahun ini Graha Layar membidik pertumbuhan pendapatan 25% lebih tinggi dari capaian tahun lalu yang sebesar
Rp 849,24 miliar. Sepanjang tahun lalu, pendapatan bioskop berkontribusi hingga Rp 569,62 miliar. Kontribusi sisanya dari pendapatan F&B, acara dan iklan serta lisensi dan jasa manajemen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News