Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Mengusung tema house of heritage heels. Usaha Mikro Kecil, dan Menengah (UMKM) Miumosa menggebrak pasar sepatu asli Indonesia yang otentik dengan memadukan unsur corak kain dari budaya-budaya di Indonesia seperti sepatu dengan corak kain songket, kain lurik, batik, dan lainnya. Inilah yang kemudian menjadi modal Miumosa untuk bersaing di pasar global.
Saat ini brand Miumosa sudah ada di platform FashionUnited brands. Sebuah platform business to business digital yang menjual brand kelas atas.
FashionUnited bermarkas di Belanda dan memiliki 15 cabang di berbagai negera. Asal tahu saja, produk Miumosa dikenal sebagai sepatu khusus untuk para perempuan bertumit tinggi. Untuk bisa mengglobal hingga saat ini, brand Miumosa juga mengawali usaha dari nol.
Anindya Sukarni, Founder Miumosa menceritakan bahwa brand Miumosa lahir dari hanya sebuah desain sketsa. Saat itu, sketsa yang dipelajarinya secara otodidak dijual di Alibaba.com, sketsa tersebut kemudian mendapatkan respon dari perusahaan butik di Amerika Serikat. "Waktu itu belum ada bentuk sepatunya, saya desain sketsa saja," ujar Anindya, ke Kontan.co.id, Jumat (4/3).
Tak berapa lama kemudian, bukan saja rumah butik di Amerika Serikat yang memesan sketsa Anin, tetapi juga datang dari negara-negara di Eropa dan Australia. Saat itu beberapa buyer desainnya meminta Anindya untuk membuat sepatu berlatar desain corak yang dibuatnya. "Karena desakan itu, saya coba buat sepatu tahun 2017," terang Anindya.
Anin biasa disapa kemudian memberanikan diri untuk membuat koleksi pertama di tahun 2017. Pembeli dari luar negeri melihat bahwa brand Miumosa dengan produk sepatu yang diusung sesuai dengan semangat slow fashion, sustainable, dan menggambarkan heritage Indonesia. "Saya memiliki dua brand, yang memang diluncurkan khusus setahun sekali, dan ada setahun empat kali model baru," ungkap dia.
Anin mengatakan, saat melakukan pertama kali untuk membangun usahanya, dirinya mesti menjual beberapa aset hingga terkumpul Rp 500 juta pada tahun 2017.
Anin melihat bahwa untuk membangun perusahaan harus ada infrastruktur information technology yang kuat sebagai pondasi. Maka, pada tahun 2017 itu Anin membangun IT dengan sangat serius.
"Itu yang membuat Miumosa melajunya cepat. Start up itu yang mahal adalah IT, jadi saya bangun itu secara ekstrem saat itu, sistem, data base, web desain, dll," kata Anin yang pernah bekerja lima tahun di perusahaan IT.
Setelah pondasi usaha kuat, Anin mengatakan, selama kurun waktu 2017-2019 dirinya sibuk untuk memperkuat brand di luar negeri maupun di pasar domsetik. Ia bercerita bahwa dirinya menyasar segmen terbatas untuk memperkuat posisi.
Saat itu buyer setia Miumosa adalah para fasion desainer, model agensi, dan entertainment bisnis. "Memang sedikit tapi ada, harga sepatu Miumosa Rp 800.000 sampai Rp 3 juta per pasang," ujar dia.
Setelah itu, Anin mengatakan, dirinya pada tahun 2018 mendapat kesempatan melakukan fasion show di Azerbaijan. Dari hasil fashion show tersebut kemudian ada costumer yang membeli produk Miumosa. Selepas kuat di luar negeri. Pada tahun 2019, Miumosa ingin melakukan edukasi kepada konsumen di Indonesia.
"Kami waktu itu dapat support dari Kementerian Koperasi dan UMKM, Badan Ekonomi Kreatif, dan Pemprov DKI Jakarta. Karena melihat Miumosa itu otentik, etikel, dan Indonesia culture," papar dia.
Tak lama dari fashion show di Azarbaizan, Miumosa kemudian juga berkesempatan untuk melakukan fashion show di Manila. Saat itu pada tahun 2019 keberangkatannya dibiayai oleh Kementerian Koperasi dan UMKM. "April 2019 saya berangkat ke Manila. Respon luar biasa, sempat ekspor ke sana," ucap Anindya.
Setelah dirasa kuat dan memiliki positioning di pasar mancanegara, Anindya sudah membuat planing untuk membuka outlet di beberapa lokasi. Ini upaya Miumosa agar dikenal di Indonesia terutama di pasar ritel Tanah Air. Kemduian untuk di luar negeri, Miumosa berencana masuk ke sebuah perusahaan yang memang menjual brand baru.
Perusahaan mereka ada di Amerika Serikat, Jerman, dan Qatar. "Tapi tak diduga, ada Pandemi Covid-19. Saya terpaksa menunda pembukaan outlet dan pengiriman ke luar negeri," kata dia.
Ia menilai, pandemi covid membuat perusahaan harus melakukan perencanaan ulang atas bisnis yang sudah dilakukan. "Sebelum covid, omzet saya Rp 600 juta per bulan dengan produksi 500 sepatu per bulan," ujar dia.
Dia mengatakan, kebutuhan fashion orang saat pandemi berkurang, dari yang sering bertemu kolega kini mesti berada di rumah. Alhasil, sepatu sebagai produk fashion tidak lagi menjadi kebutuhan premier. Maka itulah, bisnis sepatu Miumosa menurun drastis saat covid. "Omzet kami turun 70% dari Rp 600 juta per bulan itu," ucap dia.
Anin mengatakan, sebelum covid melanda kekuatan Miumosa terletak pada jumlah produksi yang dihasilkan per bulan. Dirinya memberdayakan para pengrajin sepatu lokal di Bogor, Bandung, dan Jakarta. Dengan bermitra dengan kluster sepatu di daerah tersebut, Anin bisa memproduksi sepatu hingga 500 pasang per bulan.
Meski sekarang tak bisa lagi memproduksi sepatu dengan jumlah sebanyak itu, Anin tetap bertahan dengan memproduksi berbagai produk seperti masker, kaos kaki dan tas dengan tetap mempertahankan desain corak kain dari daerah-daerah. "Saat pandemi ini, saya juga menerima jasa untuk bidang IT," urai dia.
Ia mengatakan, saat ini Miumosa sudah masuk ke dalam program PaDI UMKM (Pasar Digital UMKM). PaDi UMKM merupakan platform karya anak bangsa yang diinisiasi oleh Kementerian BUMN, kemudian dikembangkan oleh PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) yang berperan sebagai pengelola informasi terpusat dan layanan pemasaran business-to-business (B2B).
Sementara itu, delapan BUMN yakni Pembangunan Perumahan (PP), Waskita Karya, Wijaya Karya (Wika), Pupuk Indonesia, PT Pertamina, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Pegadaian, dan Permodalan Nasional Madani (PNM) akan bertindak sebagai pilot pada delapan kelompok kegiatan UMKM, termasuk UMKM yang diasuh dalam program pembinaan Rumah BUMN dan Community Development Center (CDC) tiap-tiap BUMN.
Program penyediaan pendanaan UMKM di fase awal ini disiapkan oleh Bank BRI, Pegadaian, dan PNM, yang kemudian akan dikembangkan oleh BUMN perbankan dan keuangan lain dalam fase berikutnya. "Saat ini yang ikut PaDI UMKM sudah naik 50%, semakin ramai," kata Anindya.
Ia mengatakan saat ini Miumosa adalah UMKM binaan BRI, saat itu dirinya sempat mengikuti dua kali pelatihan di Rumah BUMN. Adapun program PaDI yang diikuti Miumosa juga atas rekomendasi dari BRI.
Anindya mengatakan dengan dukungan dari pemerintah dan juga BUMN, maka bisnis dari Miumosa terus bergerak. Termasuk order untuk masker yang datang dari BUMN.
Dia menjelaskan, pada tahun ini bisnis Miumosa sudah mulai kembali bergerak. Saat ini produk sepatu Miumosa juga sudah ada di beberapa ritel seperti di Galeries Lafayette Jakarta. "Saya berharap tahun ini bisa membuka outlet pertama. Nanti tanggal 24 Maret Sarinah akan buka, sepatu Miumosa ada di sana," terang dia.
Lalu, yang terpenting kata Anindya, mimpinya untuk terus mengharumkan nama Indonesia dengan kain heritage di kancah internasional segera bisa terwujud dengan kembali melakukan ekspor ke beberapa negara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News