Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Besaran alpha bahan bakar minyak (bbm) bersubsidi yang tidak dinaikkan menyebabkan Pertamina berpotensi menelan kerugian Rp 2 triliun hingga akhir tahun.
Dalam pembahasan RAPBN P 2011, disepakati alpha bbm bersubsidi tidak mengalami perubahan atau tetap sebesar Rp 595,46 per liter. Sementara jumlah bbm subsidi yang disalurkan pada tahun ini bertambah hingga 40,49 juta kiloliter dari jumlah semula 38,5 juta kiloliter.
Juru bicara Pertamina Mochammad Harun menyebut, dengan kondisi ini, Pertamina sudah rugi hingga Rp 500 miliar pada triwulan kedua hingga triwulan satu. "Sampai akhir tahun bisa rugi Rp 2 triliun, sudah pasti kami tidak akan untung bbm pso tahun ini," kata Harun.
Sebelumnya, pemerintah dan Pertamina mengusulkan kenaikan alpha BBM bersubsidi menjadi Rp 618,68 per liter. Namun, usulan ini ditolak Komisi VII DPR tanpa alasan yang enggan dipublikasikan. Komisi VII DPR pun meminta agar pembahasan mengenai alpha ini dibahas lebih lanjut dengan pemerintah dan perseroan.
Pertamina membutuhkan kenaikan besaran alfa ini. Seperti diketahui, karena besaran alpha yang kurang memadai mengakibatkan perusahaan migas pelat merah itu merugi selama dua tahun berturut-turut dalam melakukan pendistribusian bbm subsidi. Pada 2009 lalu, perseroan merugi Rp 4,9 triliun dengan alpha rata-rata Rp 429 per liter. Sementara, di 2010, merugi sebesar Rp 2,5 triliun dengan alpha Rp 566,9 per liter.
"Sementara sebagai Badan Usaha Milik Negara, Pertamina dituntut untuk menghasilkan keuntungan," ujar Harun. Berdasarkan Undang-Undang No.19 tahun 2003 tentang BUMN pasal 2 disebutkan, maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah mengejar keuntungan.
Harun menuturkan, perubahan alpha rata-rata BBM bersubsidi tahun ini terdiri dari perubahan rata-rata alpha premium menjadi Rp 628,93 per liter dari Rp 607,97, solar menjadi Rp 628,41 dari Rp 607,45. Sementara alpha penjualan minyak tanah (kerosene) tetap sebesar Rp 402,35 per liter.
"Buat pertamina penambahan kuota BBM itu kerugian sebenarnya, karena marjin kita tidak dinaikkan, artinya memang stake holder Pertamina minim sekali dukungannya ke pertamina," tukasnya.
Lanjut Harun, satu-satunya cara adalah Pertamina semakin ketat memberlakukan kuota jatah bbm subsidi. Pertamina, berusaha untuk tidak melebihi kuota yang sudah ditetapkan pemerintah. "Dengan kuota yang ada saja kita sudah rugi apalagi kalau ditambah," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News