kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.290.000   -15.000   -0,65%
  • USD/IDR 16.653   -5,00   -0,03%
  • IDX 8.164   -20,19   -0,25%
  • KOMPAS100 1.136   -7,73   -0,68%
  • LQ45 832   -5,41   -0,65%
  • ISSI 282   -1,61   -0,57%
  • IDX30 437   -3,69   -0,84%
  • IDXHIDIV20 503   -5,62   -1,10%
  • IDX80 128   -0,88   -0,68%
  • IDXV30 136   -1,98   -1,44%
  • IDXQ30 139   -1,42   -1,01%

Fenomena Rojali Menyebar ke Kalangan Menengah Atas, Apa Penyebabnya?


Minggu, 03 Agustus 2025 / 06:06 WIB
Fenomena Rojali Menyebar ke Kalangan Menengah Atas, Apa Penyebabnya?
ILUSTRASI. Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, fenomena rombongan jarang beli (rojali) juga dialami kelas menengah atas.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, fenomena rombongan jarang beli (rojali) juga dialami kelas menengah atas. 

Namun, rojali untuk kalangan menengah atas bukan disebabkan daya beli yang menurun, tetapi lebih kepada prinsip hati-hati mempertimbangkan situasi ekonomi. 

"Jadi rojali ini terjadi di kelas menengah atas, kalau yang menengah atas itu lebih kepada kehati-hatian, bukan masalah daya beli," ujar Alphonzus dilansir siaran YouTube Kompas TV, Sabtu (2/8/2025). 

"Jadi orang yang kelas atas ini mereka lebih berhati-hati. Mengingat situasi, kondisi makro, mikro ekonomi dan juga kondisi global. Seperti misalkan nilai tukar rupiah, harga komoditas meningkat, harga emas naik dan sebagainya," paparnya. 

Sementara itu, fenomena rojali untuk kelas menengah ke bawah memang disebabkan persoalan daya beli yang turun. 

Alphonzus bilang, daya beli masyarakat menengah ke bawah memang belum pulih secara normal sejak 2024 lalu. 

Sementara itu, menurut Deputi Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Ateng Hartono, fenomena Rojali tidak mencerminkan kemiskinan. 

Baca Juga: Ada Rojali dan Rohana di Balik Kemiskinan Perkotaan

Namun, rojali merupakan gejala sosial yang relevan untuk menjadi perhatian pemerintah. 

"Ini relevan juga sebagai gejala sosial. Dan juga tadi menjadi sinyal penting bagi membuat kebijakan untuk tidak hanya fokus menurunkan angka kemiskinan," kata Ateng. 

"Tetapi juga memerhatikan bagaimana untuk ketahanan konsumsi dan stabilitas ekonomi rumah tangga pada kelas mengah ke bawah," tambahnya. 

Sebelumnya, analis kebijakan ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani mengatakan, fenomena rombongan jarang beli dan rombongan hanya nanya (rohana) akan hilang seiring dengan naiknya kemampuan daya beli masyarakat. 

Jika daya beli masyarakat meningkat, rojali dan rohana bisa beralih menjadi robeli atau rombongan jadi membeli barang. 

"Saya pikir rojali-rohana ini nanti akan dengan sendirinya mulai hilang, dan (masyarakat) mulai berbelanja, saat kemampuan daya beli mereka naik, dan pertumbuhan ekonomi kita bisa bertumbuh sesuai harapan," ujar Ajib dalam keterangannya di Jakarta, dilansir pada Rabu (30/7/2025). 

Baca Juga: Begini Kata Petinggi Unilever Indonesia (UNVR) soal Fenomena Rojali


Tag


TERBARU

[X]
×