Reporter: Noverius Laoli | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) turut mendongkrat harga-harga komoditas impor. Salah satunya adalah sapi impor siap potong yang didatangkan Perum Bulog dari Australia.
Berdasarkan hitungan Bulog, bila harga sapi impor dibeli dengan kurs rupiah Rp 14.000 per satu dollar, maka rata-rata harga penjualan daging sapi impor mencapai sekitar Rp 100.000 per kilogram (kg). Tentu saja kondisi ini tidak kondusif, karena itu, bila harga daging sapi di pasaran stabil, Bulog akan menghentikan impor sapi.
Bulog sendiri telah menandatangani kontrak pembelian sekitar 8.000 ekor sapi siap potong dari Australia. Untuk tahap pertama telah sampai di Indonesia sebanyak 2.350 ekor pekan lalu. Sampai akhir tahun, Bulog ditugaskan mengimpor sapi siap potong sebanyak 50.000 ekor. Namun volume tersebut tidak harus dipenuhi bila kondisi harga sapi dalam negeri telah stabil.
Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan, Bulog terus memantau pergerakan harga daging sapi di pasaran. Bila masih terjadi pergerakan harga daging sapi yang tinggi, maka Bulog perlu menambah pasokan daging dengan terus melakukan impor.
Namun bila harga daging sapi stabil, impor sapi tidak dibutuhkan lagi dan Bulog tidak berkewajiban melanjutkan impor sesuai volume yang ditugaskan pemerintah.
"Kalau impor itu kan kita buang devisa, kalau berdasarkan perhitungan Bulog nanti, impor sapi tidak dibutuhkan lagi ya tidak direalisasikan semuanya," ujar Djarot, Selasa (8/9).
Sementara itu, Bulog tidak dapat mengintervensi harga sapi kurban yang kabarnya sudah mulai mahal menjelang Idul Adha. Pasalnya, sapi yang diimpor Bulog tidak memenuhi syarat untuk menjadi kurban.
Direktur Peternakan dan Kesehatan Hewan Kemtan Muladno Basar mengatakan, pemerintah tidak akan mengintervensi harga daging kurban karena itu merupakan kebutuhan untuk hari raya keagamaan. Apalagi tidak semua sapi bisa dijadikan sapi kurban.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News