kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,59   7,24   0.78%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis AMDK masih mengalir deras


Senin, 16 April 2018 / 11:45 WIB
Bisnis AMDK masih mengalir deras


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski dijejali tantangan seperti penurunan daya beli dan rancangan regulasi yang tidak bersahabat, industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) masih positif memandang bisnis di tahun 2018 ini. Tidak heran pemain baru di bisnis ini terus mengalir.

Yang terbaru adalah OT Group. Korporasi ini meluncurkan produk AMDK dengan merek Crystalline. Sayang, Harianus Ikhtiar Zebua, Head Corporate and Marketing Communication OT belum merespons panggilan telepon KONTAN. Di situ resmi perusahaan ini, Crystalline sudah terpampang sebagai salah satu produk OT Group. Produk minuman OT Group antara lain Vita Jelly Drink, Teh Gelas dan Liang Cha.

Rachmat Hidayat, Ketua Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin), mengakui. pertumbuhan bisnis masih dapat digali lagi. "Kuartal satu ini sudah terjadi perbaikan ,meski belum cukup besar," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (15/4).

Peningkatan daya beli di masyarakat di tiga bulan pertama tahun ini tampaknya menjadi pemantik pertumbuhan bisnis sektor ini. Rachmat berharap memasuki bulan puasa nanti akan terjadi lonjakan permintaan yang lebih besar.

Normalnya pada masa Ramadan dan Lebaran bisnis AMDK bisa meningkat sekitar 20% dibandingkan bulan-bulan lain. "Tapi pada tahun 2017 kemarin hanya single digit. Kami sendiri masih optimistis, syaratnya, regulasi lebih kondusif," ungkapnya.

Salah regulasi yang dicemaskan adalah Rancangan Undang-Undang Sumber Daya Alam (RUU SDA). Dia menilai ada salah interpretasi dalam penyusunan RUU SDA, karena ada yang mencoba menyamakan AMDK dengan air perpipaan. "Kalau itu disamakan, artinya sama saja tidak boleh berbisnis AMDK, kecuali melibatkan BUMD, BUMN. Kami tidak lihat kerangka logikanya kenapa harus begini," urainya.

Aspadin sebelumnya memperkirakan pertumbuhan di industri ini bisa dobel digit sekitar 10%. Volume penjualan tahun lalu mencapai 27 miliar liter. Menurut Rachmat, proporsi tahun lalu masih sebesar 60% dari air kemasan berbentuk galon dan 40% sisanya dari botol.

Para pemain mengaku, margin bisnis AMDK ini tipis. Tipisnya margin diakui oleh Wisnu Adjie, Direktur PT Akasha Wira International Tbk (ADES).

Produsen AMDK dengan merek Nestle Pure Life tersebut dikabarkan tengah berencana mengembangkan pabrik baru di Pandaan, Jawa Timur, dengan kapasitas terpasang 200.000 liter per tahun. "Market share Nestle Pure Life masih 3%," katanya.

Sedangkan PT Singa Mas Indonesia tengah membidik segmen premium di pasar AMDK. Santo Kadarusman, Public Relations & Marketing Event Manager PT Singa Mas Indonesia, menjelaskan, pasar yang tersegmentasi menyebabkan banyak perusahaan harus jeli melihat sasaran konsumen mereka. "Seperti diketahui segmen premium seperti ini masih terlihat di horeka, yakni hotel, restoran dan kafe," ujar Santo.

Ia memperkirakan, kemungkinan produk premium baru mengambil porsi sekitar 10% dari total permintaan AMDK di dalam negeri. Selebihnya atau 90% diisi oleh produk reguler. Singa Mas mengandalkan merek Frozen Mineral Water berkapasitas 300.000 karton (1 karton=24 botol) per bulan. Produk ini tersedia dalam berbagai varian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×