Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) menyambut positif pemberian insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk sektor otomotif. Hal ini menjadi sentimen positif bagi kinerja IMAS yang di saat bersamaan juga gencar meluncurkan produk otomotif baru.
Sebagaimana diketahui, pemerintah telah memberlakukan insentif PPnBM sebesar 100% sejak bulan Maret 2021 lalu dan masih berlaku sampai Agustus nanti. Setelahnya, nilai insentif tersebut akan berkurang jadi 50% sampai Desember mendatang.
Direktur Utama Indomobil Sukses Internasional Jusak Kertowidjojo mengatakan, sejauh ini pengaruh insentif PPnBM cukup terasa terhadap penjualan kendaraan bermotor IMAS yang dapat kembali meningkat di tengah pandemi Covid-19. “Kami perkirakan pasar otomotif akan normal paling tidak 90% di tahun ini,” ujar dia dalam paparan publik virtual, Senin (28/6).
Kendati demikian, ia belum bisa memastikan sampai kapan tren positif di sektor otomotif berlangsung. Apalagi, kasus positif Covid-19 di Indonesia dalam tren meningkat tajam akhir-akhir ini. Kondisi tersebut bisa saja mempengaruhi operasional bisnis perusahaan sekaligus menekan daya beli masyarakat.
IMAS sendiri yang memegang lisensi agen pemegang merek (APM) seperti Audi, Volkswagen, Nissan, Datsun, Suzuki, dan KIA cukup getol meluncurkan varian mobil baru sejak tahun lalu.
Misalnya, Nissan Magnite selaku SUV terbaru yang diluncurkan pada Desember 2020 lalu. Mundur ke September 2020, IMAS juga meluncurkan Nissan Kick E-Power yang merupakan SUV bertenaga listrik.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham sektor otomotif saat insentif PPnBM diperpanjang
Untuk merek Audi, IMAS meluncurkan mobil SUV Audi Q3 pada Mei 2020 dan Audi A6 yang berjenis mobil sedan mewah pada September 2020.
Kemudian, di bulan April 2021, IMAS meluncurkan mobil KIA Sonet 7-Seater yang termasuk kelompok Compact SUV.
“Ada rencana dua varian mobil lagi dari KIA, tapi kami belum bisa sampaikan secara detail sampai peluncurannya tiba,” imbuh Jusak.
Tak hanya meluncurkan produk otomotif baru, IMAS juga memiliki sederet strategi bisnis untuk menopang kinerja di tahun ini.
Di antaranya, melakukan pengembangan jaringan pemasaran baru dan mengoptimalkan jaringan pemasaran yang ada, melakukan upaya intensif agar perusahaan dapat beroperasi dengan biaya efisien, serta berinovasi secara selektif untuk mengembangkan bisnis baru dengan tetap fokus pada bisnis terkait otomotif.
Sebagai catatan, pada tahun 2020 pendapatan neto IMAS turun 18,2% (yoy) menjadi Rp 15,23 triliun. IMAS juga menderita rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entias induk sebanyak 546 miliar.
Di tahun 2020, IMAS merealisasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 1,96 triliun. Dalam hal ini, Rp 838 miliar di antaranya dialokasikan untuk segmen bisnis kendaraan bermotor sedangkan Rp 1,13 triliun ditujukan untuk segmen bisnis non kendaraan bermotor.
Selanjutnya: Kekayaan Grup Salim per Senin (14/6) di pasar saham capai sekitar Rp 175,32 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News