kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis pusat data semakin berdenyut


Rabu, 15 Mei 2013 / 08:45 WIB
Bisnis pusat data semakin berdenyut
ILUSTRASI. Menlu Inggris Liz Truss dan Menlu Israel Yair Lapid usai penandatanganan nota kesepahaman di Kantor Persemakmuran & Pembangunan Luar Negeri Inggris di London, Inggris, 29 November 2021.


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Sandy Baskoro

CIBITUNG. Prospek bisnis data center atau pusat data semakin cerah. Nilai pasar data center di Indonesia berpotensi mencapai US$ 250 juta pada tahun 2015. Lembaga riset International Data Corporation (IDC) mencatat, pertumbuhan rata-rata tahunan (CAGR) bisnis data center mencapai 22%.
Melihat potensi yang cukup tinggi, PT Data Center Infrastructure (DCI) Indonesia resmi membuka layanan pusat data yang berlokasi di Cibitung.

Dalam membangun pusat data ini, DCI bermitra dengan Equinix, perusahaan data center global yang memiliki koneksi di 31 negara. "Kerjasama ini akan memberi layanan di Indonesia dengan standar global," kata Marina Budiman, Presiden Direktur DCI Indonesia, Selasa (14/5), berpromosi.

Sebetulnya, DCI berniat membangun delapan modul (bangunan) pusat data dengan total 10.000 rak (kabinet) seluas 48.000 meter persegi (m²). Namun, saat ini baru terealisasi satu modul dengan luas 6.000 m² dan 1.250 rak. Adapun kapasitas listrik setiap modul mencapai 5,7 megawatt.

Pembangunan modul berikutnya sangat tergantung pada respons pasar. Yang pasti, DCI menargetkan pembangunan modul kedua dimulai saat okupansi data center mereka mencapai 70%. "Untuk okupansi secara penuh mungkin butuh waktu satu sampai dua tahun," kata Marina.

Dengan menggaet dua pelanggan, okupansi data center milik DCI saat ini baru sekitar 25%. DCI memproyeksikan tahun ini melayani empat konsumen dengan okupansi mencapai 50%.

Biaya sewa pusat data DCI tergantung dari jenis layanan dan tenaga listrik yang digunakan. Jika dihitung secara rata-rata, kapasitas listrik sebesar 2,2 kilowatt (kw) mencapai US$ 2.000 per rak per bulan. "Biaya listrik mencapai 50% lebih untuk perhitungan biaya sewa," kata Marina.

Stephanus Tumbelaka, Direktur Penjualan dan Pemasaran DCI menilai pasokan listrik menjadi isu utama dalam bisnis data center. Dalam menyediakan layanan data center ini, DCI menggunakan data center tier 4. "Tujuan kami adalah menghadirkan data center berskala global di pasar lokal. Dengan data center tier 4, kami menyasar segmen enterprise untuk perusahaan multinasional," tutur dia.

Dihubungi secara terpisah, Presiden Direktur PT Supra Primatama Nusantara (Biznet) Adi Kusuma menyatakan, pada kuartal I-2013, pendapatan data center Biznet lebih banyak disumbangkan oleh sektor keuangan, yakni 60% total pendapatan. "Saat ini, sektor keuangan adalah pasar terbesar. Tapi, potensi yang berkembang ada di sektor media sosial dan e-commerce," kata dia.

Saat ini, Biznet memiliki lebih dari 10.000 pelanggan, 80% di antaranya perusahaan nasional. Berbeda dengan DCI yang menyasar segmen korporasi besar, Biznet lebih menggarap pasar small medium enterprise.

Tahun ini, Biznet menargetkan okupansi fasilitas data center tier 3 di Cimanggis Jawa Barat terisi 50%. "Saat ini, okupansi baru 15%-20%," kata Adi. Fasilitas data center tier 3 memiliki 2.500 rak. Saat ini, 1.000 rak sudah disewa beberapa perusahaan perbankan, minyak, dan gas serta perusahaan penyedia layanan e-commerce.

Sebelumnya, TelkomSigma berambisi menambah pendapatan dari pasar domestik. Tahun ini, anak usaha PT Telkom Tbk itu ingin mengerek pangsa pasar menjadi 40%. "Tahun lalu, pangsa pasar kami 32%-33%," ucap Direktur Utama TelkomSigma, Judi Achmadi. TelkomSigma membidik pendapatan Rp 1 triliun di tahun ini dan bisnis data center berkontribusi sebesar 45% dari total pendapatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×