Sumber: Kompas.com | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, memastikan perusahaan sudah menyalurkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dalam jumlah cukup besar ke berbagai jaringan di pasar ritel modern.
Pernyataan tersebut disampaikan di tengah isu kelangkaan dan harga beras yang merangkak naik di pasar ritel beberapa waktu belakangan ini.
Hingga pertengahan Agustus 2025, penyaluran beras SPHP ke Hypermart mencapai 15.000 ton. Sementara Indomaret sebesar 97,500 ton, Alfamart 460.000 ton, dan Lion Superindo 20.000 ton.
Baca Juga: Mentan Tegaskan Kini Tak Ada Impor Beras, Surplus 4,8 Juta Ton pada September 2025
Jumlahnya pun dipastikan terus bertambah seiring dengan luasnya jaringan ritel modern yang terlibat. Seperti 45.000 outlet dan Indomaret lebih dari 55.000 outlet.
“Realisasi penyetoran di retail modern SPHP beras di tingkat konsumen, ini kami lakukan semaksimal mungkin,” ujar Ahmad Rizal saat rapat kerja (raker) bersama Kementerian Pertanian, Bapanas, dan Komisi IV DPR RI, Kamis (21/8/2025).
Namun, meski distribusi disebut masif, realitas di lapangan masih menunjukkan masalah. Sejumlah konsumen mengeluhkan kesulitan menemukan beras SPHP di rak-rak minimarket.
Di sisi lain, harga beras di pasaran, terutama jenis premium, masih melambung di atas harga eceran tertinggi (HET).
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan, yakni apakah distribusi Bulog benar-benar efektif menjangkau konsumen, atau justru hanya tercatat secara administratif tanpa terukur dampaknya terhadap stabilisasi harga?
Harga Beras Premium Menggila, Warga Kelas Menengah “Teriak”
Kris, karyawan swasta sekaligus warga Cipayung, Jakarta Timur, tak mengira belanja bulanan yang biasanya rutin bisa berubah jadi pengalaman penuh kejutan. Saat ia mampir ke Supermarket Naga awal Agustus lalu, harga beras premium yang selama ini ia beli mendadak meroket dari harga normal.
Ia mengaku terkejut saat berbelanja kebutuhan bulanan. Ia mendapati harga beras premium kemasan 5 kilogram (kg) yang biasanya dibanderol Rp 74.000, melonjak menjadi Rp 103.000.
“Sebetulnya, kemarin kan belanja bulanan, pas di bagian beras, yang biasanya 74.000 beras premium hampir semua merek, kok kemarin Rp 103.000 (per kemasan 5 kg) agak kaget juga,” ujar Kris saat dikonfirmasi Kompas.com.
Baca Juga: Beras Mahal, Pemerintah Guyur Beras SPHP Sesuai HET
Kenaikan harga yang mencapai sekitar 33 persen itu menurutnya terasa memberatkan, apalagi ditambah dengan aturan pembelian yang dibatasi hanya 5 kilogram per orang.
Kris menuturkan, ia sempat menanyakan langsung kepada petugas di minimarket Naga mengenai alasan kenaikan harga beras premium tersebut.
Dari keterangan yang diterimanya, pasokan beras memang sedang jarang, sehingga pihak ritel membatasi pembelian. Pria berusia 39 tahun ini memandang kondisi ini terasa mencekik bagi kalangan kelas menengah, sebab biasanya ia membeli hingga tiga kantong sekaligus untuk stok bulanan.
Kini, dengan kenaikan harga yang signifikan dan adanya pembatasan, ia harus memikirkan cara lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
“Makanya dibatasi dan harga naik, naiknya mencekik sih buat kelas menengah. Beli di situ juga satu kantong, sambil memikirkan bakal beli dimana untuk stok. Biasanya di situ beli tiga kantong,” ucap Kris.
Selanjutnya: Dirut BRI Buka Suara Soal Penculikan dan Pembunuhan Kepala Cabang Bank BRI
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (22/8), Provinsi Ini Siaga Waspada Hujan Lebat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News