Reporter: Leni Wandira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsultan properti Knight Frank Indonesia melaporkan adanya kenaikan rata-rata harga sewa ruang ritel di Jakarta sebesar 3% dibandingkan semester sebelumnya, mencapai Rp782.010 per meter persegi per bulan. Biaya service charge rata-rata juga mengalami peningkatan menjadi Rp162.320 per bulan.
Menanggapi laporan ini, Alexander Stefanus Ridwan Suhendra, Presiden Direktur PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), menegaskan bahwa pihaknya tidak berencana menaikkan tarif sewa mal hingga akhir 2024. Ridwan mengungkapkan bahwa tingkat okupansi di mal-mal yang dikelola Pakuwon tetap stabil, dengan angka di atas 90% pada awal kuartal ketiga tahun ini.
"Saat ini, renovasi beberapa tenant sudah hampir selesai. Tidak ada penurunan okupansi, bahkan cukup stabil. Saya rasa tidak ada rencana kenaikan," ujar Ridwan dalam wawancara dengan KONTAN, Jumat (13/9).
Ridwan menjelaskan bahwa kenaikan tarif sewa tidak berlaku di mal-mal Pakuwon karena umumnya kontrak sewa berjalan selama lima tahun. Tarif sewa tidak dinaikkan setiap tahun, melainkan telah disepakati di awal kontrak, sehingga penyesuaian tarif tahunan tidak memungkinkan.
Baca Juga: Pakuwon (PWON) dan Marriott akan Bangun 5 Hotel Lagi di 3 Kota
Ia menambahkan bahwa tarif sewa di mal-mal Pakuwon bervariasi tergantung pada jenis dan daya tarik tenant, bukan berdasarkan satu tarif tunggal. Ridwan menekankan bahwa angka Rp700 ribu per meter persegi yang dilaporkan tidak akurat. Tarif sewa lebih mempertimbangkan jenis usaha dan popularitas tenant tersebut.
Namun, Ridwan enggan memberikan angka pasti terkait tarif sewa mal yang tersebar di berbagai kota besar di Indonesia.
"Kita (PWON) tidak setiap tahun menaikkan tarif sewa mal. Angka yang disebutkan Rp700 ribu per meter itu tidak benar. Tarif sewa sangat bergantung pada jenis usaha tenant, jadi tidak sama rata," tegasnya.
Ridwan juga menuturkan bahwa Pakuwon tidak terlalu terpengaruh oleh penurunan daya beli masyarakat kelas menengah. Sebaliknya, perusahaan lebih memilih berkolaborasi dengan tenant untuk menarik pengunjung. Tenant yang mampu menarik banyak pengunjung, seperti toko pop art yang baru-baru ini populer, sering kali mendapatkan syarat sewa yang lebih fleksibel.
"Contoh, seperti tenant pop art yang antriannya panjang, sampai mal penuh. Tentu ada negosiasi harga sewa bagi tenant seperti itu. Namun, jika tenant hanya bergantung pada pengunjung mal biasa, tarif sewanya bisa lebih tinggi," ujarnya.
Pakuwon juga mempertimbangkan aktivitas promosi tenant di media sosial dan tren yang diminati konsumen sebelum menentukan penyewa. Hal ini dilakukan agar mal-mal Pakuwon tetap relevan di kalangan masyarakat Indonesia.
Beberapa mal yang dikelola oleh Pakuwon antara lain Pakuwon Mall Surabaya, Pakuwon City Mall, Blok M Plaza, Gandaria City, Kota Kasablanka, Pakuwon Mall Jogja, dan Solo Baru.
Pakuwon terus melakukan renovasi untuk meningkatkan daya tarik mal. Dengan tingkat okupansi yang tetap tinggi dan strategi sewa yang fleksibel, Pakuwon berupaya untuk tetap kompetitif dan menarik bagi tenant dari berbagai segmen usaha. Ridwan menegaskan bahwa perbaikan dan adaptasi terus dilakukan agar mal tetap menarik bagi pengunjung di masa depan.
"Kami terus menggencarkan kolaborasi dengan para penyewa. Event-event menarik dan edukatif selalu kami adakan untuk mendukung pertumbuhan bersama," pungkas Ridwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News