Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rilis terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) untuk kinerja bulan Mei 2018 menunjukkan adanya penurunan ekspor komoditas bubur kayu sebanyak US$ 36 juta dibandingkan April 2018.
Data ini menjadi penurunan ekspor ketiga terbesar bulan Mei. Walau demikian, baik pihak industri maupun asosiasi tidak melihat hal tersebut sebagai penurunan yang signifikan.
Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Aryan Warga Dalam mengatakan penurunan tersebut merupakan angka yang tidak terlalu besar.
"Untuk nilai US$ 36 juta itu mungkin setara 40.000 - 60.000 ton, tapi itu semua tergantung season dan memang setiap bulan tidak harus ekspor besar," katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (26/6).
Menurutnya, sama seperti minat produk-produk pada umumnya, selalu ada momentum di mana terjadi penurunan ekspor. Apalagi industri pulp Indonesia masih baik di mana dalam tahun ini ada potensi kemampuan ekspor Indonesia bisa meningkat hingga 1 juta ton berkat kontribusi dari Pabrik PT OKI Pulp and Paper di Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan yang diperkirakan bakal mulai operasi tahun ini.
Apalagi merujuk pada data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kinerja yang tercatat dalam kementerian tersebut menunjukkan ekspor bubur kertas (pulp) pada Mei 2018 tercatat sebesar US$ 1,09 miliar, lebih besar 23,29% dibanding bulan April yang setara nilai US$ 885,38 juta.
Sedangkan untuk ekspor hasil hutan berupa paper, pada Mei 2018 nilainya setara US$ 1,73 miliar alias naik 31,76% dari bulan April di US$ 1,37 miliar.
Atas pertimbangan tersebut, Aryan meyakini data tersebut menjadi cerminan bahwa pasar ekspor pulp sebenarnya tidak dalam masalah pelik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News