Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Konsep bisnis roti maupun bakery dengan dapur terbuka dan langsung tersaji ke konsumen, hingga kini masih memiliki pangsa pasar yang luas. Makanya, Breadtalk Indonesia bakal terus memperluas jangkauan ekspansi di bisnis ini.
Menurut Tina Andrean, Chief Executive Officer Breadtalk Indonesia, hingga saat ini, Breadtalk sudah punya 146 gerai yang tersebar di sejumlah pusat perbelanjaan di seluruh Indonesia. Salah satu perintis konsep bisnis roti ini masih optimistis, jumlah gerai bakal terus bertambah.
Ia menargetkan dalam jangka waktu satu setengah tahun lagi, bakal ada 200 gerai Breadtalk di seluruh Indonesia. "Kami akan terus melakukan ekspansi, karena saat ini semua orang mengonsumsi roti. Dalam satu tahun, setidaknya ada 30 gerai Breadtalk baru yang akan kami buka," jelas Tina, Selasa (18/9) di sela peringatan ke 12 tahun Breadtalk Indonesia.
Tina menyebut penyebaran gerai roti ini juga cukup merata. Manajemen Breadtalk mengklaim, daerah-daerah baru seperti Malang dan Ambon sudah dimasuki gerai roti asal Singapura tersebut. "Tak hanya di Jakarta, sudah ada di Jawa Timur dan beberapa titik lain," tutur istri perintis Breadtalk Indonesia, Johnny Andrean.
Terimbas rupiah
Menurut Tina, selain ibu-kota provinsi, saat ini, Breadtalk menyasar kota-kota di tingkat kabupaten dan kotamadya. Sayang, Breadtalk Indonesia tidak merinci target pertumbuhan bisnis yang dipatok hingga akhir tahun ini.
Yang jelas, perusahaan roti ini tak luput dari tekanan makro ekonomi yang tengah terjadi saat ini. Meski tidak merinci angkanya, manajemen Breadtalk memastikan jika bisnis mereka juga tak luput dari tekanan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. "Karena, banyak produk kami yang harus impor," tuturnya.
Menurut Tina, Breadtalk bukannya tidak mau memakai bahan baku dalam negeri. Namun, sejauh ini belum ada institusi yang bisa memasok beberapa bahan baku utama bagi Breadtalk Indonesia.
Misalnya, produk butter atau mentega yang terbuat dari susu sapi yang menjadi salah satu bahan baku pembuatan roti. Hingga kini di Indonesia, belum ada pihak yang mampu memproduksi butter.
Apalagi mentega susu yang berkualitas mengingat produk Breadtalk diklaim mempertahankan kualitas dan kesegaran roti. "Kami pusing harganya jadi tinggi. Tapi, mau tidak mau tetap harus impor dari Selandia Baru," tambah Johnny, pendiri Johnny Andrean Group/ .
Beruntung kondisi itu tidak membuat penjualan roti menurun. Apalagi, Breadtalk sengaja mengincar segmen menengah atas sehingga konsumen tidak terlalu terpengaruh dengan perubahan harga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News