Reporter: Muhammad Yazid, Agustinus Beo Da Costa | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. China Non-Ferrous Metal Industry's Foreign Engineering & Construction Co Ltd (NFC) berminat untuk bekerjasama mengembangkan pertambangan emas dan tembaga di Gorontalo Sulawesi Utara. Pemegang kontrak karya (KK) tambang ini adalah PT Gorontalo Minerals, anak usaha PT Bumi Resources Minerals Tbk.
Sebelumnya, NFC berencana menjalin kerjasama dengan anak usaha emiten saham berkode BRMS itu, yakni PT Dairi Prima. Mereka hendak bekerjasama membangun smelter seng dan timah hitam. Dalam perjanjian dengan Dairi Prima, NFC bertindak sebagai kontraktor Engineering, procurement and construction (EPC).
Suseno Kramadibrata, Chief Executive Officer BRMS, menjelaskan, PT Gorontalo Minerals saat ini masih melakukan studi pemboran secara detail, lalu studi metalurgi, juga analisis dampak lingkungan (Amdal). Setelah selesai, pihaknya akan melakukan produksi emas terlebih dahulu, sebelum menggarap tembaga.
Targetnya, produksi emas berlangsung penuh tahun 2019. "Harga tembaga saat ini kurang baik. Kami mengejar gold-nya, nanti tembaga setelahnya," ujar dia kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Namun, untuk pelaksanaan pemboran, pihaknya belum memutuskan tetapi yang pasti akan ada keputusan pada akhir tahun ini. "Untuk perhitungan produksi tembaga bisa 75.000 ton per hari. Tapi kalau produksi emas belum bisa mendapatkan angka pasti karena harus menunggu hasil studi cadangan dan sumberdaya di sana," imbuh dia.
Seperti diketahui, PT Gorontalo Minerals adalah pemegang KK dengan luas areal tambang mencapai 36.070 hektare (ha) di Bone Bolango, Gorontalo. Komposisi kepemilikan saham di perusahaan tersebut yaitu BRMS memiliki 80% saham, sedangkan 20% saham dimiliki PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Berdasarkan penghitungan SRK Consulting Pty Ltd, sumber daya mineral berupa tembaga dan emas di Prospek Sungai Mak dan Cabang Kiri mencapai 292 juta ton bijih. Rata-rata kandungan tembaganya mencapai sekitar 0,50% dan kandungan emas sebesar 0,47 gram per ton.
Meskipun belum berproduksi, Suseno menyatakan BRMS siap menjalin kerjasama dengan NFC dalam pengembangan tambang emas di Gorontalo. Tetapi, bentuk kerjasamanya belum disepakati karena masih menunggu rampungnya pengkajian data proyek yang tengah dibuat.
Suseno menambahkan, penandatangan letter of intens (LoI) baru digelar (24/6). Sehingga rincian model kerjasama dari NFC baru akan diberikan pada akhir Agustus mendatang. Jika penawaran tersebut disepakati, barulah akan dibuat perjanjian kerjasama. "Kami akan memastikan perjanjian kerjasama final nantinya harus bisa menguntungkan kedua belah pihak," imbuhnya dalam pernyataan tertulis, Kamis (3/7).
Rencananya, skema kerjasama antara investor China dengan anak usaha Grup Bakrie ini akan meliputi penetapan pendanaan untuk belanja modal, penyeleksian kontraktor untuk pekerjaan engineering, procurement and construction (EPC), serta rencana calon pembeli.
Manajemen BRMS berharap kerjasama ini dapat memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham perusahaan tersebut. "Kalau tidak, kami masih terbuka untuk kemungkinan bekerjasama dengan pihak lain untuk mengembangkan proyek pertambangan di Gorontalo," ujar dia.
Sekadar informasi, saat ini NFC mengoperasikan sejumlah tambang tembaga, seng dan timah hitam baik tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Area operasinya meliputi beberapa negara seperti China, Mongolia, dan Myanmar. Selain itu, saat ini NFC mengoperasikan pabrik pengolahan mineral (smelter) terintegrasi dengan kapasitas produksi sampai dengan 210.000 ton per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News