kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BTEL Tekan Biaya Operasiona​l


Rabu, 12 Juni 2013 / 07:30 WIB
BTEL Tekan Biaya Operasiona​l
ILUSTRASI. Menteri Sosial Tri Rismaharini (kanan) berbincang dengan petugas bank saat meninjau penyaluran bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan pangan non-tunai (BPNT) di Surabaya, Jawa Timur ANTARA FOTO/Didik Suhartono/rwa.


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Amailia Putri

JAKARTA.PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) fokus melakukan penghematan biaya operasional untuk menekan kerugian. Hingga kuartal satu perseroan menekan biaya operasional mencapai 23,7%.

Komisaris Utama Bakrie Telecom Anindya Bakrie menyatakan, penghematan biaya operasional yang dilakukan perseroan pada tahun lalu mencapai 35%. "Hasil kerja penghematan ini bisa terlihat dari kinerja kami pada kuartal satu tahun ini," ucapnya.

Pada kuartal I tahun ini, meski perseroan kembali merugi bersih sebesar Rp 97 miliar. Namun, pendapatan perseroan mencatat kenaikan pendapatan sebesar 11% menjadi Rp 527 miliar. EBITDA perseroan juga naik 45% menjadi Rp 277 miliar. Pada periode sebelumnya, manajemen mencatat EBITDA Rp 191 miliar. Tahun ini, perseroan menargetkan EBITDA bakal naik 30%-40%.

"Kami akan berusaha untuk tingkatkan EBITDA dan pendapatan, sebab melalui dua hal itulah kinerja suatu perusahaan dapat terlihat positif atau tidak," katanya tanpa mau memberikan proyeksi pendapatannya tahun ini.

Sementara itu, perseroan juga akan fokus pada merk dagang Esia. Menurutnya, setelah mengakuisisi Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI) pihaknya memiliki merk Ceria. Perseroan juga memiliki merk AHA. Nah, demi memperkuat brandingnya, perseroan akan menggunakan satu merk, yaitu Esia.

Dia berujar, konsolidasi dengan STI cukup memberikan dampak yang signifikan demi penghematan yang dilakukan perseroan. "Kami mulai penggabungan tower, BTS, billing system menjadi satu kesatuan. Untuk corporate action bersama STI ini kami jalan terus," katanya.

Selain itu, untuk menekan biaya operasional perseroan juga mematikan aset-aset, seperti BTS atau infrastruktur lain yang sudah tidak produktif. Menurutnya, eliminasi terhadap tower yang tidak produktif seperti Ratelindo mencapai Rp 1,6 triliun.

"Tahun ini saya tidak bisa proyeksikan biaya operasional akan tertekan berapa. Yang jelas, kami akan terus berusaha untuk bisa meraih laba," ujarnya.

Hingga saat ini, jumlah pelanggan perseroan mencapai 11,7 juta pelanggan. Dia berujar, meski layanan telekomunikasi saat ini sudah jenuh, namun, untuk beberapa wilayah seperti di Banten, masih banyak yang menggunakan layanan CDMA.

"Ini tantangan juga peluang. Secara industri, jumlah pelanggan CDMA bisa mencapai 45-50 juta pelanggan. Ini pangsa yang menarik untuk bisa ditarik kembali," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×