Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Prospek bisnis asam sitrat yang kusam membuat PT Budi Starch & Sweetener Tbk menghentikan produksi asam sitrat sejak Maret 2013. Imbasnya, perusahaan itu harus menyiapkan strategi untuk mempertahankan kinerja. Salah satunya dengan menjual bahan baku asam sitrat ke pihak lain.
Deputi Presiden Direktur PT Budi Starch & Sweetener Tbk Sudarmo Tasmin mengatakan selama ini perusahaan memproduksi asam sitrat dengan bahan baku ampas singkong (onggok) dari sisa proses produksi tepung tapioka. Nah, lantaran produksi asam sitrat terhenti, "Ampas singkong ini akhirnya kami jual ke produsen pakan ternak," jelasnya, baru-baru ini.
Menurut Sudarmo, nilai jual ampas singkong ini cukup tinggi. Maklum saja, ampas singkong bisa menjadi bahan baku alternatif untuk produksi pakan ternak. Bahkan, Sudarmo bilang permintaan ampas singkong lumayan tinggi lantaran permintaan pakan ternak terus meningkat. Sehingga, "Dari ampas singkong ini, kami bisa meraup pendapatan lain-lain yang cukup signifikan," jelasnya. Hingga kuartal III-2013, pendapatan lain-lain perusahaan berkode emiten BUDI ini tercatat sebesar Rp 4,29 miliar.
Meski kini, perusahaan ini sudah menghentikan produksi asam sitrat, namun tidak menutup kemungkinan BUDI bakal kembali memproduksi asam sitrat bila harga jualnya membaik.
Dalam beberapa tahun terakhir, harga asam sitrat memang teus melorot, sehingga menyulitkan untuk mencapai skala keekonomian untuk memproduksinya. Terlebih lagi, perusahaan ini harus bersaing dengan produk sejenis yang berasal dari China.
Penghentian produksi asam sitrat turut berdampak pada penjualan BUDI. Hingga kuartal III-2013, pendapatan BUDI susut 2,2% menjadi Rp 1,72 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News