Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Produsen tapioka dan sweetener, PT Budi Strach & Sweetener Tbk (BUDI) masih terus mengupayakan pertumbuhan bisnis yang positif di tahun depan. Meski diprediksi sektor konsumsi bakal meningkat di 2019, perseroan tak muluk-muluk menerapkan target usaha.
Apalagi, kata Mawarti Wongso Direktur PT BUDI, pasar tapioka cukup unik dan tidak bisa disamakan dengan produk konsumsi biasa lainnya. Sebab tidak seperti bahan pokok lainnya, tepung tapioka biasanya dipakai guna memenuhi kebutuhan tertentu baik didapur maupun komersial.
"Untuk tahun depan 2019 pun target kami selalu sama di 5%-10% (growth)," ujarnya kepada Kontan.co.id saat ditanyakan patokan di tahun depan, Rabu (21/11). Target tersebut kurang lebih sama untuk akhir tahun ini.
Sebagaimana yang diketahui, di 2017 lalu BUDI meraup revenue sebesar Rp 2,5 triliun. Dengan target sekitar 5%-10% di akhir 2018 ini, diproyeksikan pendapatan perseroan yang diraih mencapai Rp 2,62 triliun - Rp 2,75 triliun.
Sementara untuk pabrik tapioka di Lampung, manajemen optimistis pertengahan tahun 2019 sudah bisa beroperasi. Lini baru yang berkapasitas terpasang 60.000 ton per tahun tersebut akan menambah portofolio produksi perseroan yang saat ini punya kapasitas terpasang per tahunnya 825.000 ton.
Sampai kuartal ketiga tahun ini mayoritas penjualan BUDI masih didominasi oleh produk tapioka, sekitar 76% dari total revenue atau senilai Rp 1,58 triliun. Jumlah tersebut naik 18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 1,34 triliun.
Adapun sampai September 2018 ini revenue perseroan tumbuh 10% year on year (yoy) menjadi Rp 2,06 triliun. Namun beban pokok penjualan terdongkrak naik 13% dari Rp 1,6 triliun di kuartal tiga tahun lalu menjadi Rp 1,81 triliun di periode yang sama tahun ini.
Menurut Mawarti, selama kuartal ketiga suplai bahan baku berupa singkong tidak sebanyak tahun lalu yang menyebabkan harga jual produk mengalami kenaikan. "Harga jual naik hampir 70% dibandingkan periode sama tahun lalu," sebutnya.
Disamping itu kata Mawarti perekonomian dalam negeri dirasa lesu meskipun dari segi permintaan tapioka cenderung stabil. Beban pokok penjualan yang tumbuh besar tersebut mengakibat raihan laba kotor BUDI sampai kuartal tiga tahun ini berkurang 2,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 250 miliar.
Alhasil laba bersih yang diatrubusikan pada pemilik entitas perusahaan turun sampai 16%, dari Rp 33,3 miliar di triwulan ketiga tahun lalu menjadi Rp 27,9 miliar di periode yang sama tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News