Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) menargetkan stok beras nasional pada akhir Mei 2015 ini mencapai 1,5 juta ton. Stok ini diperkirakan bisa mencukupi kebutuhan beras nasional enam bulan ke depan. Kebutuhan beras Bulog tiap bulan mencapai 250.000 ton.
Lely Pelitasari, Direktur Pelayanan Publik Bulog menjelaskan, jika stok beras di gudang Bulog bisa mencapai 1,5 juta ton pada akhir Mei 2015, maka pemerintah tidak perlu lagi mengimpor beras dan Bulog yakni bisa menjaga stabilisasi harga beras.
Namun, Lely justru pesimistis dan memperkirakan target ini berpotensi meleset. Pasalnya, penyerapan Bulog pada awal Mei 2015 baru 700.000 ton, sedangkan stok beras Bulog akhir April lalu tinggal sekitar 950.000 ton.
Situasi ini cukup mengkhawatirkan karena Bulog harus memiliki stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) minimal 1,5 juta ton untuk menyangga harga beras supaya tetap stabil. Bulog pun sudah menyiapkan sejumlah jurus agar penyerapan beras pada bulan Mei ini bisa maksimal.
Pertama, memperbanyak jumlah mitra kerja di lapangan untuk menyerap beras petani. Saat ini Bulog sudah memiliki 2.400 mitra di seluruh Indonesia.
Kedua, Bulog menerapkan sistem pembukaan gudang jarak jauh, yaitu menggandeng Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) untuk menyimpan beras yang dibeli oleh Bulog di daerah yang jauh dari lokasi gudang Bulog. "Jadi, kami akan membuka gudang baru dekat dengan lokasi penggilingan beras petani," ujar Lely, akhir pekan lalu.
Rachmat Gobel, Menteri Perdagangan (Mendag) menjamin kalau persediaan beras aman menjelang puasa dan Lebaran.
Jaminan pemerintah soal stok beras ini diperkuat dengan perkiraan bahwa panen raya beras masih akan berlangsung hingga Juli 2015 mendatang.
Untuk memastikan pengamanan stok beras nasional, Rachmat bersama dengan Kementerian Pertanian dan Bulog saat ini tengah melakukan verifikasi data terkait stok beras nasional.
Dengan mendapatkan data akurat pemerintah bisa mengambil kebijakan yang tepat untuk mengamankan ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga pangan di pasar.
Rachmat menandaskan, apabila pasokan beras cukup, kebijakan impor beras tidak akan digulirkan pemerintah. Menurutnya, impor beras merupakan opsi terakhir jika pasokan beras tak mencukupi kebutuhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News