kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cegah penumpukan, Kemenhub sediakan 29 bus


Kamis, 20 Oktober 2011 / 10:10 WIB
Cegah penumpukan, Kemenhub sediakan 29 bus
ILUSTRASI. OJK akan menaikkan modal inti fintech lending ketika mengajukan perizinan dari Rp 2,5 miliar menjadi Rp 15 miliar.


Reporter: Monika Novena | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Untuk mencegah penumpukan penumpang akibat pembatalan sejumlah rute kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek dari 19 Oktober hingga 29 November 2011, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan menyediakan 29 bus. Menurut Tunjung Inderawan, Dirjen Perkeretaapian Kemenhub, penumpang yang tidak terangkut KRL Jabodetabek bisa menggunakan fasilitas tersebut.

"Bus yang disiapkan yakni 15 bus PPD dan 14 bus Damri," ujar Tunjung, Rabu (19/10). Menurutnya, bus ini tidak hanya disediakan di Bogor tapi juga di stasiun lain seperti Bojonggede, Citayam, atau Depok yang jumlah penumpangnya cukup banyak.

Nantinya, bus ini akan mengangkut penumpang rute Bogor-Cawang-Gambir dan Bogor-Cawang-Dukuh Atas dengan tarif Rp 10.000 per orang.
Seperti pernah ditulis KONTAN, PT Kereta Api Comuter Jabodetabek akan menghentikan sementara 29 rute perjalanannya karena adanya perbaikan listrik lintas atas (LAA) berkapasitas 22.000 kilowatt (kw). Selama periode itu, akan ada tiga gardu listrik yang dipadamkan secara bergantian.

Gardu listrik yang dimatikan adalah gardu Listrik Citayam pada 17-29 November. Lalu, gardu Cilebut akan dipadamkan 3-11 November dan Kedung Badak 19-31 Oktober.

Di samping bus, sebetulnya Kemhub berniat mengerahkan empat rangkaian kereta rel diesel elektrik (KRDE). Hanya saja, karena jumlah masinis kurang, konfigurasi tempat duduk berbeda, serta ada masalah teknis lainnya, maka Kemhub mengurungkan rencana penggunaan KRDE tersebut.
Sementara itu Djoko Setijowarno Ketua forum transportasi Perkeretaapian Masyarkat Transportasi Indonesia (MTI) mengatakan, keberadaan 29 bus masih kurang efektif. Pasalnya, bus ini tidak bisa mengangkut penumpang dalam jumlah besar.

Untuk itu, Djoko memandang, bus ini hanya akan efektif jika digunakan pada jam-jam sibuk. "Paling penting itu adalah pas jam sibuk karena penumpang paling banyak pada jam itu," kata Djoko.

Selain itu juga menurut Djoko, masyarakat memilih KRL lantaran lebih cepat dan murah. "Mereka tidak terlalu peduli dengan harga yang penting bisa sampai tujuan dengan cepat," ujarnya. Dengan begitu, pengadaan moda tranportasi berupa bus malah membuat perjalanan penumpang lebih lama karena terkena macet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×