Reporter: Monika Novena | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT KA Commuter Jabodetabek (KCJ), anak usaha PT KAI berpotensi merugi sebesar 8,82 miliar. Prediksi angka itu untuk kerugian dari pembatalan sekitar 29 jadwal perjalanan KA per hari di Jabodetabek untuk lintas Jakarta-Bogor dan sebaliknya selama satu setengah bulan.
Pembatalan jadwal perjalanan KA dalam rentang waktu 19 Oktober hingga 29 November 2011 itu karena adanya penambahan daya listrik pada gardu listrik aliran atas (LAA) sebanyak 22.000 KW. Proses penambahan daya membutuhkan pemadaman sementara tiga gardu listrik secara bergantian.
Gardu listrik yang dimatikan adalah Gardu Listrik Citayam pada 17-29 November, Cilebut dilaksanakan pada 3-11 November dan Kedung Badak dilaksanakan pada 19-31 Oktober.
Hal ini perlu dilakukan mengingat beberapa komponen vital dari gardu listrik tersebut sudah tidak berfungsi sehingga harus segera diganti. "Gardu listrik harus dipadamkan selama proses rehabilitasi ," kata Arief Heryanto Direktur Prasarana Perkeretaapian.
Mateta Rijalulhaq, Kepala Humas PT Kereta Api Daerah Operasi I, mengatakan, potensi kerugian bisa dihitung dari komponen harga tiket dikalikan dengan jumlah penumpang selama hampir satu setengah bulan. “Ada sekitar 30.000 penumpang per hari yang tidak akan terangkut selama periode tersebut. Ini memang akan berakibat pada potensial lost PT KCJ sebesar Rp 210 juta per hari,” kata Mateta.
Penambahan daya listrik ini sebagai upaya menambah kebutuhan transportasi massal, khususnya masyarakat pengguna jasa angkutan KRL di wilayah Jabodetabek yang terus bertambah. Saat ini ada sekitar 400.000 penumpang yang diangkut setiap hari. Targetnya pada 2019 KCJ sudah bisa mengangkut 1,2 juta penumpang dalam sehari.
Tambah armada
Hendri Anom, Direktur Operasi PT KA Commuter Line Jabodetabek, mengatakan, dari 90 unit KRL, pada akhir tahun dijadwalkan akan ada tambahan 20 unit KRL. Sementara untuk tahun depan ada pengadaan sebanyak lagi 150 unit KRL.
Semua unit akan didatangkan dari Jepang dengan biaya pengadaan satu unit KRL sekitar Rp 7 miliar hingga Rp 10 miliar. “Pinjaman masih dibahas lebih lanjut sepertinya dari sindikasi perbankan BUMN.” Kata Anom.
Saat ini PT KAI baru mengoperasikan 486 gerbong KRL. Untuk mengantisipasi kenaikan penumpang perusahaan harus mengoperasikan sedikitnya 1.400 gerbong KRL atau 140 rangkaian KRL pada tahun 2015. Selain itu juga PT KAI akan meremajakan seluruh KRL . “Dari 486 gerbong KRL yang beroperasi, sebanyak 40% kondisi Ac nya sudah aus,” kata Anom.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News