kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,79   -17,94   -1.94%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

CKRA Berencana Menambah Tanaman CPO di Indonesia


Jumat, 15 Agustus 2008 / 21:05 WIB


Reporter: Badrut Tamam | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Meski harga crude palm oil (CPO) alias kelapa sawit mentah tengah mengalami kemerosotan, namun hal itu tak membuat PT Citra Kebun Raya Agri Tbk (CKRA) kecil hati. Asal tahu saja, harga CPO di bursa perdagangan Malaysia anjlok ke titik terendah sepanjang tahun ini menjadi US$ 770 per ton. Padahal, sebelumnya, harga kontrak CPO mencapai US$ 1.100 hingga US$ 1.200 per ton.

Saat ini, perusahaan yang bergerak di sektor kelapa sawit itu tengah berupaya melakukan serangkaian ekspansi untuk meningkatkan kinerjanya. Ada alasan dibalik aksi korporasi itu. Menurut Advisor Citra kebun Raya, Joydeep, bisnis di sektor agrobisnis terutama pada jenis tanaman CPO, cukup prospek. "Ke depannya, CPO paling menjanjikan diantara bisnis agribisnis yang lain," katanya kepada KONTAN hari ini.

Joydeep  menjelaskan, meski harga CPO bersifat fluktuatif atau naik-turun, namun ia yakin harga CPO bakalan  melejit kembali. "Lihat saja nanti dua atau tiga tahun mendatang. Harganya bisa menyentuh US$ 1.300 per ton," katanya.   

Dia memprediksikan, permintaan pasar dunia terhadap CPO akan naik drastis lantaran negara-negara banyak yang akan mengembangkan energi bioebergi (biofeul dan biodesel)  yang dihasilkan dari CPO. "Kemungkinan tahun mendatang kebutuhan CPO meningkat dari 40,9 juta ton tahun ini, menjadi sekitar 45 juta ton," tandas Joydeep.    

Ia lantas memberi contoh beberapa negara Asia, seperti China dan India, yang memiliki kebutuhan CPO terbesar. "Di dua negara itu, selain digunakan untuk kebutuhan komoditas, CPO juga digunakan untuk kebutuhan energi," tambahnya.   

Sementara itu, hanya ada satu negara yang berpeluang untuk menjadi pesaing Indonesia, yakni, Malaysia. "Tapi masalahnya, di Malaysia kini sudah tidak ada tanah lagi untuk menanam CPO," jelasnya. Oleh sebab itu, Joydeep sangat optimis, Indonesia akan menjadi satu-satunya negara yang berpotensi menjadi produsen terbesar untuk CPO. "Makanya kami mengembangkan CPO dan ingin menambah lagi tanaman CPO di Indonesia," jelasnya.

Sementara itu, Presiden Direktur Citra Kebun Raya Hendri Soetjipto mengatakan, permintaan minyak nabati di pasar nasional dan internasional yang semakin meningkat, menjadi alasan emiten berkode saham CKRA ini terjun ke bisnis CPO.
 
Hendri bilang, pada 2010 mendatang, perusahaannya akan memanen CPO yang sudah ditanam di atas tanah seluas 8.000 hektar. Nah, untuk itu, pihaknya juga telah mempersiapkan pabrik pengelolaan sawit senilai US$ 13 juta.             

Sekedar informasi, CKRA memiliki tanah seluas 147.000 ha. Dari jumlah itu, sekitar 80.000 hektar digunakan untuk penanaman CPO di Provinsi Jambi dan Palembang. Sedangkan sisanya digunakan untuk tanaman cassava alias singkong berlokasi di Bandar Lampung dan Bengkulu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×