Reporter: Mimi Silvia | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Anjloknya harga minyak dunia memukul produsen minyak dan gas bumi. Bahkan, beberapa kontraktor migas asing sudah hengkang dari Indonesia. Kabar terbaru bahkan menyebutkan, perusahaan migas asal Amerika Serikat ConocoPhilips berencana meninggalkan bisnis di Indonesia
Sumber KONTAN yang berada di lingkungan regulator migas membisikkan, ada salah satu lagi perusahaan migas yang siap-siap hengkang dari Indonesia dengan asalan akan fokus berbisnis di Amerika Serikat saja. "Nama perusahaannya ConocoPhilips," ujar sumber KONTAN itu , Senin (10/8).
Namun, Kepala Sub Bidang Hubungan Masyarakat dan Protokoler Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Zuldadi Rafli membantah kabar ConocoPhilips akan hengkang.
Dia bilang, ConocoPhilips hanya meminta izin kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan SKK Migas untuk membuka data room blok migasnya.Bahkan, Kementerian ESDM izin membuka data room sudah direstui Jumat (7/8) lalu.
Zuldadi mengatakan, Conoco belum melakukan penjualan aset-asetnya. "Ini cuma buka data saja. Ini bukan berarti dia mau pergi, proses membuka data ini berlangsung selama 3 bukan sampai 6 bulan," ungkap Zuldadi ke KONTAN, Senin (10/8).
Menurut Zuldadi, data room yang dibuka ini hanya untuk Blok B Laut Natuna Selatan saja, bukan untuk blok lainnya. "Biasanya yang diprioritaskan untuk melihat data room adalah partnernya di blok tersebut, yakni Chevron dan Inpex," kata dia.
Kata dia, selama ini jika terjadi pelepasan aset dari perusahaan migas besar tidak dilakukan tiba-tiba, namun sudah ada perhitungan matang. "Bisa jadi karena mereka tidak memiliki duit dan biasanya bloknya masih dalam masa eksplorasi," ujarnya.
Sayang, Direktur Pembinaan Hulu Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengaku lupa sudah tanda tangan atas izin pembukaan data room Blok B Laut Natuna Selatan. Namun, "Kalau sudah ada izin, berarti saya sudah tanda tangan, saya tidak hafal," kata Djoko saat diminta konfirmasi KONTAN.
Djoko menuturkan, terjadinya penjualan blok selama ini bukan berarti blok Indonesia kurang menarik, tapi ada tawaran yang lebih menarik dari pihak lain. Justru, kata Djoko, ini merupakan nilai plus bagi blok migas kita lantaran menjadi incaran investor.
Kaji bisnis di Indonesia
Sayang, KONTAN tak berhasil menghubungi manajemen ConocoPhilip. Namun, dalam surat perusahaan tersebut yang dikirim ke SKK Migas dan kopiannya dimiliki KONTAN, Erec S. Isaacson General Manager ConocoPhilips Indonesia mengatakan, Conocp sedang melakukan review portofolio bisnisnya di Indonesia.
ConocoPhilips juga sudah minta izin Kementerian ESDM membuka data room. Biasanya opembukaan data room umum lantaran ada yang tertarik pada Blok B Laut Natuna Selatan. "Blok ini sudah berhasil beroperasi 47 tahun," ungkap dia dalam surat.
Kontrak Blok B Laut Natuna Selatan akan habis tahun 2025. Produksi Blok B Laut Natuna Selatan sebesar 5.000 barel per hari (bph), 117 million standard cubic feet per day (gas (MMSCFD) gas dan LNG sebesar 4.000 barel per hari. Selain memiliki Blok B Laut Natuna Selatan, ConocoPhiulips memiliki Blok Koridor di Sumatera Selatan.
Board of Directors Indonesian Petroleum Association (IPA) Lukman Mahfoedz menyatakan, hengkangnya perusahaan migas karena adanya tekanan harga migas yang sangat drastis. Kondisi ini memaksa mereka untuk mengkaji ulang lagi portofolio bisnis yang ada, termasuk yang ada di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News