Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Komunitas dan para penggemar olah raga selam mungkin belum banyak yang tahu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Marie Elka Pangestu ternyata adalah orang senang menyelam. Kegemaran sang menteri ini baru terungkap dalam pameran perlengkapan selam Deep Indonesia 2014 yang mengangkat tema Deep and Extreme sports, outdoor, and eco tourism exhibition. Marie bisa menerangkan dengan rinci perlengkapan-perlengkapan selam.
Pengetahuan Marie ternyata awalnya mencoba mengikuti kegemaran menyelam anaknya. Belakangan sebagai menteri pariwisata dan ekonomi kreatif, ia juga melihat wisata selam Indonesia mengandung banyak sekali potensi untuk digali. “Potensinya masih besar karena spot-nya ada banyak,” tutur Marie.
Lima sampai sepuluh tahun lalu kebanyakan wisata penggemar diving memang kebanyakan datang dari luar negeri. Tapi sekarang ini banyak orang Indonesia yang menggemari selam. “Teman-teman saya itu sudah 50-60 tahun ikut diving gara-gara anaknya, tapi mereka menikmatinya. Jadi ini diminati middle up class Indonesia juga,” terang Marie.
Dulu mungkin orang-orang Indonesia masih takut hitam, tapi sekarang sudah muncul tren baru dalam dunia selam Indonesia. Tak heran kalau sekarang ini jumlah para penyelam pun meningkat pesat.
Turisme dalam selam ini juga sebenarnya menurut Marie bisa menjadi solusi untuk para nelayan yang selama ini menyelam untuk mencari nafkah. Para nelayan tradisional biasanya menyelam dengan peralatan seadanya dan mereka yang ceroboh memperhatikan keselamatan seringkali mengalami masalah dekompresi yang bisa menyebabkan kelumpuhan.
Tapi bagi nelayan yang beralih menjadi nelayan yang memandu wisatawan, mereka bisa mendapatkan pemasukan lumayan banyak tanpa perlu menyelam ke tempat-tempat yang berbahaya. “Contohnya, setengah dari nelayan di kampung nelayan di Desa Les di Bali Utara beralih menjadi dive guide dan menanami terumbu karang,” tutur Marie.
Sayangnya ada cukup banyak masalah juga dalam wisata selam di Indonesia. Tapi hal yang paling utama adalah akses dan konektivitas untuk sampai ke tempat selam. Itu biasanya kombinasi antara penerbangan dan boat. “Kebetulan kita ada forum dengan Garuda. Garuda dengan pesawat Bombardir dan ATR mulai masuk ke Timur dan Barat ke daerah-daerah yang mungkin dulu tidak terlalu terjangkau,” terang Marie.
Masuknya Garuda Indonesia (Persero) Tbk ini sangat penting untuk menarik wisatawan dari Eropa dan Jepang. Pasalnya, asuransi para wisman dari negara-negara itu hanya akan membayar asuransinya kalau mereka menggunakan mengakui penerbangan yang diakui Garuda. “Sebenarnya masuknya Garuda sudah kabar baik ya, tapi kita masih harus benahi juga boat dan dermaga yang melayani kapal itu,” tambah Marie.
Selain itu, Marie juga melihat potensi bahaya perkembangan pesat properti di daerah wisata. “Itu kan bisa sangat beragam dari resort yang mewah sekali sampai home stay biasa,” paparnya. Pemerintah menurut Marie harus bisa menjaga standard dan pengelolaannya, sehingga tidak ada yang aneh-aneh. Misalnya tiba-tiba ada pengusaha yang membangun gedung tinggi yang tidak cocok untuk kawasan tersebut.
Mau tahu berapa banyak perkembangan jumlah wisatawan yang khusus menyelam di Indonesia? Kementerian Pariwisata mengakui masih belum mempunyai data statistiknya. Tapi beberapa tempat wisata selam sudah memberlakukan pass, sehingga ketahuan berapa banyak pengunjung ke tempat tersebut. “Kalau tidak salah Bunaken dan Raja Ampat yang sudah memberlakukan pass. Untuk Raja Ampat saya lihat datanya tahun 2013 ada 11.300 orang yang masuk untuk diving. 9.000 di antaranya orang asing kebanyakan Eropa dan Amerika,” terang Marie. Jumlah ini cukup luar biasa, karena sudah mengalami kenaikan dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News