Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. PT Darma Henwa Tbk mulai melebarkan sayap dari bisnis jasa kontraktor tambang terbuka (open pit) menjadi perusahaan jasa pertambangan bawah tanah (underground). Proyek pertama yang didapat berasal dari anak usaha Group Bakrie yaitu PT Dairi Prima Minerals senilai US$ 141 juta.
Itu adalah kontrak untuk persiapan awal produksi. Kegiatan yang akan dilakukan Darma Henwa mencakup mengupas tanah (overburden), menyiapkan lahan untuk pabrik pengolahan serta menyiapkan areal untuk kegiatan produksi di Blok Anjing Hitam, Sumatra Utara.
Target rampung seluruh kegiatan itu tahun 2016. Dalam paparan publik di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (28/11), Wachjudi Martono, Direktur Darma Henwa, menyatakan, kontrak tahapan awal berlangsung dalam dua tahun. "Setelah itu, bisa dieskalasi untuk kegiatan lanjutan," ujar dia.
Setelah itu, Darma Henwa akan mengajukan kembali kerjasama dengan Dairi Prima untuk membangun fasilitas produksi sekaligus menjadi kontraktor tambangnya.
Perhitungan Darma Henwa, operasi tambang di Blok Anjing Hitam milik Dairi Prima akan dapat memproduksi konsentrat seng dengan mineral ikutan timah hitam sebanyak satu juta ton per tahun. "Kami menginginkan menjadi kontraktor tambang bawah tanahnya saja, sedangkan pembangunan pabrik pengolahan dan pengoperasiannya dilakukan Dairi Prima Mineral," beber Wachjudi.
Dairi Prima merupakan pemegang konsesi kontrak karya (KK) yang memiliki total areal sebanyak 27.420 hektare (ha) di Sumatra Utara dan Nangroe Aceh Darussalam. Cadangan mineral berupa seng (zinc) Dairi Prima mencapai 6,3 juta ton dan direncanakan akan mulai diproduksi pada 2018.
Belanja modal 2015
Bukan tanpa pertimbangan, Darma Henwa masuk ke bisnis jasa tambang bawah tanah. Wachjudi mengatakan, di Indonesia metode kegiatan operasi pertambangan sedang berkembang ke arah tambang bawah tanah. Dus, penggunaan jasa pertambangan open pit akan semakin berkurang.
Tak heran jika perusahaan yang tercatat dengan kode DEWA di BEI itu cukup serius hingga membentuk unit usaha baru yang khusus menangani kegiatan penambangan bawah tanah. Darma Henwa juga menjalin kerjasama dengan Nonferrous Metal Industry Foreign Engineering and Construction Co. Ltd, perusahaan asal China yang berpengalaman dalam penambangan di bawah tanah.
Tak lupa, Darma Henwa mulai mempersiapkan tenaga kerja ahli di bidang itu. "Kami akan menggelar training dan sertifikasi untuk operasi bawah tanah dengan kerjasama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB)," jelas Wachjudi.
Namun, manajemen perusahaan Darma Henwa belum mau merinci kebutuhan investasi melebarkan sayap ke sektor jasa pertambangan ini. Perusahaan itu juga enggan merinci potensi nilai proyek yang kemungkinan didapat tahun depan.
Yang jelas, Darma Henwa berencana menyiapkan belanja modal sekitar US$ 40 juta hingga US$ 43 juta pada 2015. Alokasi belanja modal itu lebih besar dibandingkan dengan proyeksi total penggunaan belanja modal tahun ini yang sebesar US$ 33 juta.
Perusahaan itu merancang, sebagian besar belanja modal tahun depan akan dipakai untuk untuk membeli alat untuk proyek pertambangan batubara di dua areal milik anak perusahaannya. Masing-masing PT Arutmin Indonesia dan PT Kaltim Prima Coal.
Namun, langkah ekspansi Darma Henwa masih dibayangi kinerja rapor merah. Catatan keuangan hingga September 2014 tetap menorehkan rugi meski lebih kecil dari periode yang sama 2013. Sepanjang sembilan bulan tahun ini, perusahaan itu merugi US$ 2,73 juta.
Sementara tahun 2013, perusahaan itu merugi US$ 50,65 juta. Sementara kerugian tahun 2012 tercatat US$ 40,19 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News