kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hingga Q3, PLN raih penjualan Rp 153,9 triliun


Rabu, 28 Oktober 2015 / 14:42 WIB
Hingga Q3, PLN raih penjualan Rp 153,9 triliun


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara telah mencatat pendapatan penjualan tenaga listrik hingga triwulan III-2015 mengalami kenaikan sebesar Rp 20,7 triliun atau 15,56% sehingga menjadi Rp 153,9 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 133,3 triliun.

Pertumbuhan pendapatan ini berasal dari kenaikan volume penjualan kWh menjadi sebesar 149,7 Terra Watt hour (TWh) atau naik 1,94% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 146,8 TWh, serta adanya kenaikan harga jual rata-rata dari sebesar Rp 910,61/KWh menjadi Rp1.036,16/KWh.

Sementara itu kata Bambang Dwiyanto, Pelaksana Tugas Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN menyatakan, jumlah pelanggan yang dilayani perusahaan pada akhir triwulan III 2015 mencapai 60,3 juta pelanggan atau naik 13,78% dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 56,5 juta pelanggan. Bertambahnya jumlah pelanggan ini juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional yaitu dari 82,9% pada September 2014 menjadi 87,3% pada September 2015.

"Perusahaan dapat melakukan efisiensi sehingga subsidi listrik hingga triwulan III 2015 turun sebesar Rp 37,28 triliun menjadi sebesar Rp 45,9 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 83,35 triliun," ungkap dia dalam rilisnya, Rabu (28/10).

Meskipun volume penjualan meningkat, namun beban usaha perusahaan turun sebesar Rp 13,3 triliun atau 7,45% menjadi Rp164,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp177,9 triliun. Penurunan ini terjadi karena program efisiensi yang terus dilakukan perusahaan antara lain melalui substitusi penggunaan bahan bakar minyak/BBM dengan penggunaan batubara/energi primer lain yang lebih murah, dan pengendalian biaya bukan bahan bakar, serta turunnya harga komoditas energi primer. 

Efisiensi terbesar terlihat dari berkurangnya biaya BBM sebesar Rp28,46 triliun sehingga pada Triwulan III 2015 menjadi Rp27,4 trilliun atau 50,93% dari tahun sebelumnya Rp55,9 trilliun.

Dengan demikian Laba operasi atau usaha perseroan hingga triwulan III-2015 sebesar Rp 41,8 triliun, turun sebesar Rp 1,6 triliun atau 3,63% dibandingkan pada periode lalu sebesar Rp 43,6 triliun. 

Kata Bambang, hingga triwulan III-2015, perseroan mengalami rugi bersih sebesar Rp 27,4 triliun terutama karena adanya rugi selisih kurs sebesar Rp 45,7 trilliun akibat menurunnya nilai tukar Rupiah terhadap USD (kurs Rp/USD per 31 Desember 2014 dan per 30 September 2015 masing masing sebesar Rp 12.440 dan Rp 14.657).

Dengan diberlakukannya Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 mulai tahun 2012, maka sebagian besar transaksi tenaga listrik antara PLN dengan pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) dicatat seperti transaksi sewa guna usaha. Kondisi ini berdampak pada liabilitas/hutang valas PLN meningkat signifikan dan laba rugi PLN sangat berfluktuasi dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap valas.

Untuk mengurangi beban operasi akibat mata uang Rupiah terdepresiasi terhadap mata uang asing terutama USD, Perusahaan mulai bulan April 2015 telah melakukan transaksi lindung nilai atas sebagian kewajiban dan hutang usaha dalam valuta asing yang akan jatuh tempo.

Total aset Perseroan bertambah Rp 21,9 triliun dalam 9 bulan ditahun 2015 sehingga menjadi Rp 632,9 triliun per 30 September 2015 atau naik 3,59% dibanding 31 Desember 2014 sebesar Rp 611,1 triliun. Kenaikan total aset ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan asset operasional ketenagalistrikan sebesar Rp 12,7 triliun (5,68 % ) sehingga menjadi Rp 549,5 triliun, sejalan dengan adanya investasi terutama pada proyek pembangkit dan transmisi.

Laporan Keuangan tahun 2013 dan 2014 disajikan kembali atas penerapan PSAK 24: Imbalan Kerja yang menyebabkan perusahaan merubah kebijakan pengakuan keuntungan/kerugian aktuaria yang sebelumnya menggunakan pendekatan koridor (corridor approach) menjadi pendekatan pendapatan komprehensif lain (other comprehensif income/OCI). Dengan perubahan ini, keuntungan/kerugian aktuaria yang semula diamortisasi (atas jumlah diatas koridor) menjadi diakui seluruhnya pada OCI tahun berjalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×