Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk memiliki beberapa lini bisnis. Mulai dari pengembangan bisnis listrik, multimedia, hingga bisnis batubara. Meski demikian, bisnis batubara emiten berkode saham DSSA ini masih menyumbang pendapatan dengan porsi terbanyak.
Sebagai informasi, pada tahun lalu, kontribusi dari bisnis batubara terhadap total pendapatan DSSA mencapai 54%, bisnis listrik sebesar 26%, perdagangan pupuk dan bahan kimia sebesar 17%, multimedia 2%, dan bisnis lainnya sebesar 1%.
Corporate Secretary DSSA Susan Chandra mengatakan, pihaknya masih terus fokus dalam pengembangan bisnis batubara ke depannya. Bahkan, DSSA dan anak perusahaan berencana untuk meningkatkan produksi batubara dari 16,7 juta ton pada tahun 2017 menjadi 23 juta ton pada tahun 2018. Pada periode 1 Januari 2018 sampai 30 Juni 2018, perusahaan sudah memproduksi lebih dari 9 juta ton batubara.
“Sampai dengan 30 Juni 2018, sebanyak 67% dari total penjualan batubara dialokasikan untuk ekspor, selebihnya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan domestik,” ungkap Susan kepada Kontan.co.id, Senin (20/8).
DSSA menargetkan dapat memperoleh pendapatan sebesar US$ 1,8 miliar pada tahun ini. Untuk itu, Susan menyampaikan perusahaan tetap terbuka terhadap peluang akuisisi tambang baru, terutama yang mendukung pengembangan usaha-usaha baru di sektor ketenagalistrikan. Sayangnya ia tak menyebutkan lebih detail mengenai rencana akuisisi tambang.
“Perseroan akan melakukan keterbukaan informasi dalam hal ada informasi konkret sehubungan dengan rencana akuisisi tambang,” jelasnya.
Sementara untuk fokus bisnis di semester II 2018, perseroan terus berupaya untuk memastikan setiap unit bisnis dapat memberikan kontribusi sesuai dengan rencana. “Untuk bisnis pertambangan batubara, kami fokus meningkatkan produksi sesuai target yang telah ditetapkan,” tuturnya.
Dia mengakui, kondisi ekonomi global yang tidak menentu secara tidak langsung dapat mempengaruhi bisnis utama DSSA. “Perubahan harga komoditas yang signifikan dapat menyebabkan perubahan rencana produksi,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News