kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

DPR: Co-firing biomassa PLTU PLN bisa masuk dalam peraturan pemerintah


Rabu, 24 Februari 2021 / 16:35 WIB
DPR: Co-firing biomassa PLTU PLN bisa masuk dalam peraturan pemerintah
ILUSTRASI. PLTU Indramayu gunakan Wood Pellet


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Penggunaan co-firing biomassa bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PT PLN terus meningkat. Dengan begitu, bauran energi dari energi baru terbarukan dalam target Dewan Energi Nasional (DEN) bisa terus bertambah yang ditargetkan mencapai 23% pada tahun 2025 dari pembangkit PLN.

Maka itu, DPR RI mendukung PT PLN meningkatkan co-firing PLTU sebagai bagian dari bauran energi. Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno mendukung program co-firing biomassa pada PLTU PLN. 

Menurutnya, penggunaan biomassa bisa mengubah limbah atau sampah menjadi sumber energi. Di sisi lain, meski tidak dominan, namun porsi penggunaan batubara bisa terkikis dan digantikan oleh energi yang terbarukan.

Namun, Eddy memberikan catatan tentang kecukupan dan keberlanjutan pasokan biomassa, supaya bisa mencukupi volume yang ditargetkan. "Harus konsisten tersedia (biomassa). Jangan sampai volume naik turun karena supply tidak konsisten," ungkapnya ke Kontan.co.id, Rabu (23/2).

Saat ini, Komisi VII DPR RI sedang membahas RUU EBT. Kata Eddy, di dalam beleid itu memang tidak mengatur co-firing biomassa. Namun, dia berharap regulasi untuk mendorong program tersebut bisa diterjemahkan oleh pemerintah dengan peraturan turunannya.

"Secara spesifik tentang co-firing biomassa tidak dibahas dalam RUU EBT, karena secara teknis UU tidak membahas masalah secara detail. Tapi nanti bisa dalam Peraturan Pemerintah atau Permen," pungkas Eddy.

PT PLN (Persero) melalui anak usahanya PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) meningkatkan penggunaan cofiring biomassa sebagai pencampur batubara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton 1 dan 2. 

Direktur Operasi I PJB Sugiyanto menjelaskan, uji coba cofiring biomassa sudah dilakukan sejak tahun 2019. Rata-rata, biomassa yang dibutuhkan sebagai campuran batubara sebesar 1.000 ton - 1.5000 ton per bulan. 

"Kami lakukan diversifikasi dengan menggunakan biomassa, sisa dari limbah kayu atau yang lainnya, yang bisa dibakar bersama batubara. Biomassa dipasok dari masyarakat sekitar," ujar Sugiyanto dalam acara daring yang digelar Selasa (23/2).

Mulai tahun ini, PJB bakal meningkatkan penggunaan biomassa pada pembangkit yang berlokasi di Probolinggo, Jawa Timur tersebut. PJB akan mendongkrak pasokan biomassa hingga sekitar 5.000 ton per bulan.

Dengan begitu, porsi cofiring biomassa di PLTU Paiton sebanding dengan 1,5% dari total kebutuhan batubara sebagai energi primer untuk pembangkit tersebut. "Kita lakukan komersialisasi. Artinya, kami sudah mendeklarasikan PLTU kami bukan PLTU 100% batubara lagi, tapi cofiring dengan biomassa," ungkap Sugiyanto.

Sebelumnya, Direktur Mega Proyek PLN IKhsan Assad membeberkan bahwa  terdapat 52 PLTU yang diidentifikasi PLN untuk program co-firing ini. Terdiri dari 13 lokasi PLTU di Sumatera, 16 Lokasi PLTU di Jawa, Kalimantan (10 lokasi), Bali dan Nusa Tenggara (4 unit PLTU), Sulawesi (6 lokasi) serta Maluku dan Papua (3 lokasi PLTU).

"Diidentifikasi sebanyak 52 lokasi PLTU PLN dengan kapasitas 18.154 MW. Berpotensi dilakukan cofiring dengan biomassa," ungkap Ikhsan dalam acara yang digelar secara daring, Jum'at (22/1) lalu.

Dengan cofiring, sebagian volume batubara untuk bahan bakar PLTU akan disubstitusi dengan biomassa jenis tanaman energi atau sampah. Kebutuhan biomassa diperkirakan mencapai 9 juta hingga 12 juta ton dalam setahun. "Sesuai roadmap cofiring PLN, akan dilaksanakan secara bertahap sejak 2020 dan Insha Allah akan implementasikan 100% pada tahun 2024," sambungnya.

Program co-firing ini sudah dimulai PLN sejak tahun 2017. Uji coba sudah dilaksanakan pada 2019. Hingga tahun lalu uji coba sudah dilakukan pada 29 PLTU. Progres per 5 Januari 2021, imbuh Ikhsan, jumlahnya sudah bertambah menjadi 32 PLTU. Saat ini, co-firing biomassa sudah diimplementasikan pada 6 PLTU.

Ikhsan bilang, saat ini co-firing campuran biomassa memang masih ada di angka 1%-5%. Peningkatan akan dilakukan bertahap sehingga secara teknis tidak mengganggu operasional pembangkit. Kata dia, porsinya akan terus ditingkatkan hingga ke 10%-20%. "Bahkan beberapa negara seperti Jepang dan Korea itu ada yang 100% batubaranya diganti dengan biomassa," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×