kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Dukung Hilirisasi Mineral, MIND ID Geber Proyek Smelter Grade Alumina Refinery


Kamis, 14 September 2023 / 22:47 WIB
Dukung Hilirisasi Mineral, MIND ID Geber Proyek Smelter Grade Alumina Refinery
ILUSTRASI. Pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase I di Mempawah, Kalimantan Barat pada semester II 2024 mendatang.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. MIND ID terus mendukung program hilirisasi mineral dengan membangun smelter. Dengan pembangunan tersebut MIND ID fasilitas pengolahan atau pemurnian bauksit di dalam negeri bakal bertambah dalam waktu dekat.

Saat ini, holding industri pertambangan, MIND ID, tengah mengawal proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase I di Mempawah, Kalimantan Barat. Target manajemen, proyek hilirisasi bauksit tersebut bisa rampung semester II 2024 mendatang.

Sekretaris Perusahaan BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID, Heri Yusuf, MIND ID bakal bisa menyambung seluruh rantai bisnis bauksit menjadi alumunium baik untuk kebutuhan pasar domestik maupun ekspor ketika smelter bauksit ini sudah beroperasi kelak.

“Ini merupakan tantangan MIND ID melalui anak perusahaan kami, PT Inalum, untuk segera menyelesaikan SGAR Mempawah fase I,” ujar Heri, Kamis (14/9).

Proyek SGAR Mempawah merupakan proyek yang dikelola oleh perusahaan patungan Inalum dan Antam yaitu PT Borneo Alumina Indonesia. Nilai proyeknya sebesar US$ 831 juta. 

Saat ini, pengerjaan proyek SGAR Mempawah sudah mencapai 58%. Target manajemen,  pengerjaan konstruksi proyek ini bisa menyentuh 80% di akhir 2023 nanti. Setelah SGAR Mempawah fase I rampung, target operasi komersial akan mulai berjalan efektif pada 2025

Nantinya, alumina yang dihasilkan SGAR Mempawah fase I tersebut nantinya bakal menjadi bahan baku smelter aluminium eksisting milik anggota Grup MIND ID, yakni PT Inalum, yang berlokasi di Kuala Tanjung dengan kapasitas untuk menampung alumina hingga 1 juta kilo ton per annum (KTPA). Jumlah alumina tersebut bisa menjadi 500 ribu ton aluminium.

Setelah SGAR Mempawah fase 1 rampung, anggota Grup MIND ID PT Inalum melalui anak perusahaannya, PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI), berencana melanjutkan pengerjaan SGAR Mempawah fase II dengan potensi tambahan kapasitas produksi alumina mencapai 2 juta ton.

Proyek SGAR merupakan satu dari sederet proyek hilirisasi MIND ID. Selain proyek SGAR Mempawah, MIND ID juga menggarap proyek-proyek hilirisasi lewat entitas-entitas anak usahanya. 

Beberapa contoh proyek-proyek hilirisasi mineral berjalan maupun yang sudah beroperasi di antaranya  TSL Ausmelt milik PT Timah sudah selesai 100% pada Desember 2022, proyek pembangunan Smelter Feronikel Antam saat ini sudah selesai, dan diharapkan dalam waktu dekat dapat segera diresmikan, serta proyek  Smelter Tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI).

“Ini bukti komitmen MIND ID dalam mendorong dan menyukseskan program Hilirisasi yang kami percaya dapat memberi nilai tambah yang lebih strategis untuk Indonesia,” ujar Heri.

Seperti diketahui, saat ini kapasitas pengolahan bauksit di dalam negeri masih terbatas. Menurut catatan, Pelaksana Harian Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I), Ronald Sulistyanto, saat ini pengolahan bijih bauksit di dalam negeri terdiri atas Smelter Grade Alumina (SGA) dengan total kapasitas input 12 juta ton per tahun dan smelter Chemical Grade Alumina (CGA) dengan total kapasitas input 1-2 juta ton per tahun. 

Dengan demikian, fasilitas pengolahan bijih bauksit di dalam negeri baru mampu menyerap 13 juta ton - 14 juta ton bijih bauksit per tahun, sementara total produksi bijih bauksit di dalam negeri bisa berkisar 60 juta ton dalam setahun.

Di sisi lain, berdasarkan data Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), sumber daya bauksit yang besar yaitu 6,2 miliar ton, sementara cadangannya sebesar 3,2 miliar ton. Dengan angka sumber daya tersebut, Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) memperkirakan daya tahan cadangan bauksit bisa mencapai lebih dari 100 tahun dengan asumsi tingkat kebutuhan  saat ini.

Itulah sebabnya, Ketua Umum (Ketum) Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli, menilai bahwa peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dan industrialisasi komoditas bauksit mutlak diperlukan untuk menghasilkan manfaat yang jauh lebih besar dapat serta mendorong pengembangan industri lanjutan sampai produk akhir.

“Ini (sumber daya dan cadangan bauksit) bisa menjadi modal dasar bagi pengembangan industri di Indonesia dan merupakan keunggulan komparatif bagi Indonesia,” tutur Rizal.

Menurut Rizal. aluminium merupakan mineral strategis dan kritis yang dapat mendukung pengembangan industri maju. Sebab, aluminium Banyak digunakan untuk bahan pembuatan produk industri maju seperti pesawat, kapal, kendaraan bermotor, konstruksi, peralatan rumah tangga.

“Salah satunya yang sedang dikembangkan adalah kenderaan ramah lingkungan seperti EV (electric vehicle) dan baterai kendaraan listrik,” ujar Rizal.

Sedikit informasi, saat ini pemerintah tengah mengebut hilirisasi pengolahan dan pemurnian bauksit. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah berpotensi mendapatkan penerimaan tambahan di kisaran Rp 21 triliun hingga Rp 52 triliun dari adanya hilirisasi bauksit.

“Ini semua masih langkah awal. Kita perlu memperluas cakupan dan memperdalam lagi proses hilirisasi hingga sampai kepada produk yang bisa memenuhi kebutuhan industri dan rumah tangga dalam negeri maupun untuk memenuhi kebutuhan permintaan global yang sangat besar,” tutur Airlangga dalam agenda Indonesia Data and Economic Conference, Kamis (20/7).

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memperkirakan bahwa hilirisasi bauksit  bisa berdampak positif dalam jangka panjang. “Nilai tambah yang dihasilkan dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dalam jangka panjang,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (14/9). 

Sementera itu, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, mengatakan bahwa hilirisasi membutuhkan investasi yang besar dan juga ahli di tahap-tahap awal. Namun, ikhtiar tersebut bakal bisa ‘terbayar’ dalam bentuk nilai tambah yang besar bagi perekonomian.

“Seperti kita sudah secara bertahap alami di ekosistem migas atau CPO (crude palm oiil), hilirisasi akan memberikan nilai tambah yang besar buat perekonomian,” tutur David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×