kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom Core: Industri Manufaktur Bisa Berjalan di Tengah Ketidakpastian Pandemi


Jumat, 01 April 2022 / 17:49 WIB
Ekonom Core: Industri Manufaktur Bisa Berjalan di Tengah Ketidakpastian Pandemi
ILUSTRASI. Pabrik DFSK yang berada di Cikande, Serang, Banten menjadi salah satu pabrik otomotif tercanggih dan modern yang dimiliki oleh Indonesia


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aktivitas manufaktur Indonesia pada Maret 2022 masih berada di zona ekspansi. Jika dibandingkan bulan sebelumnya, masih terjadi peningkatan meski tidak terlalu signifikan.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy memperkirakan, sepanjang tahun ini, industri manufaktur akan tetap berjalan atau berada di zona ekspansi meskipun kondisi pandemi masih dalam ketidakpastian.

“Industri manufaktur masih bisa tetap berjalan meskipun misalnya varian pandemi kembali muncul,” tutur Yusuf saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (1/4).

Menurutnya, hambatan atau tantangan dari global seperti geopolitik antara Rusia dan Ukraina akan berefek langsung pada kenaikan harga komoditas. Hal tersebut bisa berakibat pada meningkatnya ongkos produksi.

Sebab, umumnya industri manufaktur memerlukan energi minyak sebagai salah satu komponen dalam memproduksi beragam barang.

Selain itu, dengan kenaikan suku bunga acuan The Fed, peluang Bank Indonesia (BI) untuk mengetatkan kebijakan moneter terbuka lebar, sehingga jika kebijakan pengetatan moneter dilakukan, misalnya menaikkan suku bunga acuan, maka ongkos pembiayaan akan menjadi lebih mahal.

“Tentu kenaikan ongkos pembiayaan ini akan menjadi pertimbangan tertentu untuk beberapa sub-industri manufaktur untuk misalnya menambah kapasitas produksi,” jelas Yusuf.

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia pada Maret Naik Tipis di posisi 52,3 dari Bulan Sebelumnya

Adapun, dilansir dari data S&P global, Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Maret 2022 berada di posisi 51,3, atau naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,2.

Angka tersebut menandakan adanya perbaikan kondisi bisnis di seluruh sektor manufaktur Indonesia tujuh bulan berturut-turut, meski tingkat perbaikan tergolong kecil secara keseluruhan.

Yusuf mengatakan, PMI manufaktur yang mengalami peningkatan ini merupakan signal yang bagus, karena pelaku usaha industri percaya setidaknya dalam beberapa bulan ke depan, juga prospek pemulihan ekonomi akan berlanjut di tengah beragam tantangan baik yang terjadi secara domestik maupun global.

Selain itu, menurutnya, kepercayaan para pelaku usaha ini juga selaras dengan prospek pertumbuhan ekonomi di tahun ini yang diproyeksikan akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun lalu.

“Jangan dilupakan juga penanganan protokoler pandemi terutama untuk industri manufaktur juga sudah lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, artinya industri manufaktur merupakan salah satu unit usaha yang masih bisa beroperasi ketika pandemi dengan memperhatikan prinsip protokoler kesehatan pemerintah,” kata Yusuf.

Sehingga, lanjutnya, industri manufaktur masih bisa tetap berjalan meskipun misalnya varian baru Covid-19 kembali muncul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×