kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor CPO Indonesia lesu


Jumat, 26 April 2013 / 16:15 WIB
Ekspor CPO Indonesia lesu
ILUSTRASI. Kenapa Kucing Memuntahkan Makanannya Setelah Makan? Ini Penyebabnya


Reporter: Handoyo |

JAKARTA. Ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih lesu. Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor CPO dan turunannya Maret lalu mencapai 1,7 juta ton, turun 11,4% dibandingkan Februari yang mencapai 1,92 jt ton. 

Tak hanya volume ekspor yang lesu, harganya pun hanya merangkak sedikit. Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif GAPKI mengatakan, harga CPO pada Januari berada di kisaran US$ 810-US$ 885 per ton. Pada Februari, harga CPO mulai merangkak naik dengan kisaran US$ 835 per ton-US$ 885 per ton. "Pada Maret harga bertahan di kisaran US$ 835-US$ 870 per ton," tuturnya, Jumat (26/4).

Ekspor CPO dan turunan Indonesia sebagian besar masih ditujukan ke pasar India. Selama triwulan pertama 2013, ekspor CPO ke negeri Bollywood tersebut mencapai 1,85 juta ton atau naik 22,5% dibandingkan setahun lalu sebesar 1,43 juta ton. 

Naiknya volume ekspor ke India dipengaruhi oleh harga CPO dunia yang melorot. Alhasil, para pedagang cukup banyak memborong CPO meskipun kurs dollar AS sedang menguat. Kenaikan volume ekspor tersebut juga dipicu oleh adanya isu pemberlakuan kenaikan pajak impor CPO dan kedelai. 

Melihat situasi pasar dunia saat ini, tren harga CPO yang masih relatif rendah ini diperkirakan akan berlanjut hingga bulan Mei mendatang. GAPKI memproyeksikan, harga CPO pada bulan April dan Mei masih akan bergerak di kisaran harga US$ 830 per ton-US$ 870 per ton.

GAPKI berharap, pemanfaatan CPO dapat ditingkatkan di dalam negeri, terutama untuk biodiesel. Terlebih menjelang kenaikan harga BBM bersubsidi. 

Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi mengatakan, tahun ini masih berat bagi ekspor CPO akibat permintaan yang melemah. "Bea Keluar (BK) CPO untuk bulan Mei turun dari 10,5% bulan lalu menjadi 9%," kata Bayu.

Bayu juga mengharapkan para pelaku industri menggunakan produk CPO sebagai bahan baku energi. Dengan pemanfaatan tersebut, melemahnya permintaan CPO internasional tidak akan terlalu berdampak signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×