Reporter: Handoyo | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sikap India yang tengah melakukan investigasi untuk menerapkan safeguard atas fatty alcohol (lemak alkohol) bakal berpengaruh negatif pada ekspor produk turunan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) asal Indonesia. Ditaksir, ada potensi penurunan ekspor fatty alkohol sekitar 30%–40% ke Negeri Bollywood itu.
Bachrul Chairi, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemdag), bilang, selama ini nilai ekspor fatty alkohol ke India cukup besar, mencapai US$ 120 juta. Artinya di tahun mendatang, nilainya tinggal US$ 72 juta saja.
Pemerintah pun masih melakukan koordinasi dengan India mengenai rencana pengenaan safeguard ini. "Terakhir posisinya, mereka masih melakukan review setelah ada pendekatan dari beberapa dubes," kata Bachrul, akhir pekan lalu.
Langkah yang diterapkan India berupa safeguard terhadap produk fatty alcohol ini dirasa kurang pas. Pasalnya, waktu yang digunakan untuk mengenakan safeguard hanya empat bulan saja. Padahal untuk menghitung adanya kerugian akibat lonjakan impor setidaknya butuh tiga tahun.
Bayu Krisnamurthi Wakil Menteri Perdagangan, mengatakan, Indonesia merupakan negara yang ahli di bidang sawit. Fatty alkohol merupakan bagian dari produk CPO. Sehingga, ada potensi untuk mengubah produk turunan sawit mengikuti pasar. "Ini menjadi perhatian, tapi tidak terlalu khawatir," kata Bayu.
Sebelumnya, Togar Sitanggang, Ketua Asosiasi Produsen Oleokimia Indonesia (Apolin), mengatakan, rencana pengenaan safeguard atas fatty alcohol dilayangkan India sejak awal Februari lalu. Kini, India sedang melakukan investigasi terhadap produsen fatty alcohol Indonesia.
Sekadar informasi saja, India akan menerapkan safeguard untuk produk lemak alkohol tersebut lantaran impor yang masuk India selama ini terus meningkat. Ini dinilai mencederai dan memberikan ancaman yang serius terhadap produsen lokal.
Menurut Togar, bila safeguard jadi diterapkan, maka ekspor lemak alkohol ke India akan berhenti. Karena, prinsip dari pengamanan perdagangan tersebut berlaku untuk seluruh perusahaan eksportir dari sebuah negara.
Padahal, perusahaan eksportir fatty alkohol asal Indonesia dengan tujuan ekspor ke India terbilang cukup banyak. Antara lain, Wilmar, Musim Mas, Permata Hijau, dan Ecogreen. Namun sayang, untuk volume ekspornya, Togar enggan menyebutkannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News