Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk, Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Meski bisnis transportasi darat tengah tersaingi dengan aplikasi transportasi online, emiten transportasi tetap terus ekspansi bisnis. Seperti PT Citra Maharlika Nusantara Corpora Tbk.
Emiten berkode CPGT ini lagi getol ekspansi. Soalnya, perusahaan yang dulu bernama Cipaganti ini ingin meminimalisir kerugian yang masih dialami hingga kini.
Di separuh pertama tahun ini, kerugian Citra Maharlika tercatat Rp 76 miliar. Berlipat-lipat dibandingkan kerugian periode serupa tahun lalu yang masih Rp 16 miliar. "Justru disaat merugi, kami harus mencari solusi untuk terus bertumbuh," kata Leonard Stephen Jonatan, Presiden Direktur Citra Maharlika Nusantara Corpora, ke KONTAN, Selasa (18/10).
Di kuartal IV tahun ini, perusahaan berencana akan menambah 50 unit armada bus anyar. Untuk membiayai pembelian armada ini, Citra Maharlika akan merogoh kocek sekitar Rp 20 miliar. Namun, Leonard tidak merinci sumber dana pembelian armada tersebut. Begitu pula soal merek armada yang akan dibeli.
Langkah penambahan armada ini terbilang penting bagi perusahaan. Mengingat Citra Maharlika baru saja menghentikan sementara lini bisnis yang dianggap tidak menguntungkan, yakni bus pariwisata.
Hingga kini Leonard belum mengetahui kapan waktu yang tepat menghidupkan kembali lini bisnis tersebut. Pihaknya saat ini masih menunggu kehadiran tim manajemen yang lebih kuat di lini bisnis tersebut.
Sedangkan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) terpaksa memangkas target tambahan armada sepanjang tahun ini. Tadinya, perusahaan berencana menambah armada taksi sebanyak 500 unit. Itupun untuk peremajaan armada yang sudah ada. "Kemungkinan peremajaan akan tercapai setengah dari target," ucap David Santoso, Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis Express Transindo Utama kepada KONTAN, Rabu (19/20).
Sementara terkait penambahan armada, perusahaan memang tidak akan melakukan sepanjang tahun ini. Soalnya, Express justru lebih banyak mengembangkan aplikasi transportasi online supaya bisa bersaing dengan aplikasi transportasi online lain.
Dengan tidak adanya penambahan armada baru serta target peremajaan tidak tercapai, David mengatakan, unit armada TAXI yang beroperasi akan mengalami penurunan 10% tahun ini.
Saat ini perusahaan memiliki lebih dari 11.000 unit taksi reguler Express dan taksi komisi Eagle, 450 unit mobil premium, 75 unit bus pariwisata, 20.000 sopir dan 30 juta pelanggan per tahun.
Sepanjang semester I, Express mengalami penurunan pendapatan sekitar 36,45% dari Rp 510,39 miliar menjadi Rp 374,06 miliar. Kemudian laba bersih anjlok dari Rp 32,49 miliar menjadi rugi sekitar Rp 42,89 miliar.
David memperkirakan, kinerja perusahaan sampai akhir tahun masih akan tertekan. Namun, pihaknya akan terus melanjutkan pengembangan sistem teknologi untuk mendorong pertumbuhan bisnis ke depan.
Sama seperti Express, pesaing Express, PT Blue Bird Tbk juga tidak akan menambah armada lagi tahun ini. "Tahun ini tidak ada peremajaan. Jumlahnya disesuaikan usia kendaraan (yang harus diganti)," ucap Adrianto Djokosoetono, Direktur PT Blue Bird Tbk, kepada KONTAN, Kamis (20/10). Sayang, Adrianto tidak merinci jumlah peremajaan yang akan perusahaan ini kerjakan. Begitu pula soal target bisnis yang dipatok hingga akhir tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News