Reporter: Merlinda Riska | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Gempuran teknologi digital membuat perusahaan penjual kertas foto dan film, tak banyak menetapkan target. PT Inter-Delta Tbk misalnya, hanya mengincar pertumbuhan pendapatan 5% tahun ini. Artinya, jika 2013, pendapatan perusahaan ini Rp 106,04 miliar, maka target pendapatan 2014 menjadi sekitar Rp 111,34 miliar.
Perusahaan pemegang lisensi kertas foto dan film bermerek Kodak ini menyadari peralihan gaya hidup ke era digital menyebabkan kebutuhan mencetak foto berkurang. Pelemahan permintaan kertas foto ini tak hanya menimpa Inter-Delta tapi juga terjadi di skala industri.
Presiden Direktur Inter-Delta Tbk Hasan Efendi Liem mengatakan ini kepada KONTAN, Senin (11/8), "Tahun ini target pertumbuhan single digit saja, tak terlalu ambisius, syukur-syukur bisa 5%. Yang penting bisa dapat minimal Rp 100 miliar," katanya.
Meski permintaan kertas foto susut, Hasan meyakini bisnis ini belum akan gulung tikar. Dia beralasan, masih ada kebutuhan mencetak foto dari pasar tertentu yang tetap membutuhkan dokumentasi foto secara konvensional. "Tren pernikahan dan wisuda yang biasanya ramai sehabis Lebaran atau semester II. Tren ini meningkatkan pertumbuhan permintaan akan pasokan kertas foto dan film untuk cuci cetak," terang Hasan.
Tak ayal, perusahaan berkode INTD di Bursa Efek Indonesia ini memprediksi produk kertas foto masih bisa terjual lebih banyak dari tahun 2013. Target Inter-Delta, pertumbuhan penjualan kertas foto tahun ini 3%-5%.
Perlu Anda ketahui, Inter- Delta mengandalkan pemasukan dari penjualan empat produk, yakni kertas cetak foto, serta film dan kamera. Dua sumber pendapatan lain, adalah penjualan bahan kimia pemrosesan foto dan kertas serta lain-lain.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2014, perusahaan ini mencetak pendapatan Rp 45,04 miliar. Perinciannya dari capaian tersebut, pertama, kertas cetak foto berkontribusi Rp 33,88 miliar atau 75,22%.
Kedua, penjualan film dan kamera tercatat 13,93 juta, atau berkontribusi 0,03%. Dibandingkan dengan capaian pada semester I-2013, penjualan produk ini anjlok 98,82%.
Penurunan drastis tersebut adalah buntut dari langkah Inter-Delta yang mulai mengeliminasi bisnis film lantaran dianggap sudah tak prospektif. "Tadinya mitra kami yakni bioskop-bioskop masih pakai teknologi film pada 2012, tapi sejak 2013 teknologinya sudah ganti digital," terang Hasan.
Ketiga, penjualan bahan kimia pemrosesan foto dan kertas berkontribusi 11,1%, atau Rp 5 miliar. Keempat, penjualan lain-lain berkontribusi 13,65%, atau Rp 6,15 miliar.
Di semester II nanti, Inter-Delta masih berharap banyak dari penjualan kertas cetak foto. Produk ini diharapkan bisa menyumbang porsi penjualan 70%-75% dari total pendapatan.
Sekadar informasi, torehan pendapatan Inter Delta sebesar Rp 45,04 miliar tersebut, turun 10,39% dari pendapatan semester I-2013. Pada periode ini laba tahun berjalan juga menyusut 41% dari Rp 2,19 miliar menjadi Rp 1,29 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News