Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Andira Agro Tbk menimbang opsi revisi target produksi dan penjualan. Sikap ini didasari oleh sejumlah pertimbangan.
Sebagai gambaran, sebelumnya emiten sawit berkode saham “ANDI” ini menargetkan pendapatan usaha sebesar Rp 544,10 miliar.
Direktur Utama PT Andira Agro Tbk Francis Indarto memperkirakan, produksi tandan buah segar (TBS) perusahaan berpotensi mengalami penurunan dibanding tahun lalu akibat kondisi cuaca yang kurang bersahabat.
Penurunan produksi TBS ini sudah mulai dirasakan oleh perusahaan, terutama di wilayah Banyuasin, Sumatera Selatan di sepanjang semester pertama tahun 2020 kemarin.
Baca Juga: IHSG Rebound, Daftar Saham Gocap Malah Bertambah Panjang
Kala itu, penurunan produksi TBS juga diiringi oleh kendala dalam hal pengiriman buah hingga sampai ke lokasi pabrik akibat curah hujan yang tinggi.
Akibatnya, volume penjualan crude palm oil (CPO) dan inti sawit (PK) perusahaan menyusut di semester I 2020.
Beruntung, volume penjualan yang menurun mampu diimbangi oleh kenaikan harga jual rata-rata sehingga penjualan bersih tumbuh 4,79% secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi Rp 142,51 miliar di enam bulan pertama.
Segendang sepenarian, laba bersih ANDI juga meroket 57,12% yoy dari semula Rp 10,12 miliar di semester I 2019 menjadi Rp 15,91 miliar di semester I 2020 seiring adanya kenaikan keuntungan dari produk agrikultur, sesuai ketentuan PSAK 69 mengenai Produk Agrikultur.
Sayangnya, tren harga jual CPO dan PK yang positif di paruh pertama belum bisa dipastikan akan berlanjut sampai tutup tahun nanti.
Francis bahkan memperkirakan harga jual CPO dan PK di semester kedua berpotensi tidak sebagus periode sama tahun lalu dengan adanya pandemi corona (covid-19) yang hingga kini masih mewabah.
Francis tidak mengungkapkan berapa harga jual rata-rata CPO pada semester 2 tahun lalu. Namun kalau melihat, laporan tahunan perusahaan di tahun 2019, realisasi harga rata-rata CPO di sepanjang tahun 2019 diketahui sebesar Rp 6.637 per kg di tahun 2019.
“Dengan adanya penurunan produksi dan pandemi Covid-19 ini, produksi maupun penjualan akan mengalami revisi, besar kecilnya revisi belum bisa kami perhitungkan,” kata Francis kepada Kontan.co.id, Kamis (6/8).
Menimbang kondisi yang ada, ANDI memilih untuk berfokus memperkuat produktivitas TBS, CPO, maupun PK untuk menjaga agar kondisi perkebunan dan pabrik kelapa sawit (PKS) agar tetap prima alih-alih melakukan ekspansi.
Baca Juga: Harga CPO Membaik, Andira Agro Tambah Kapasitas Pabrik
Asal tahu saja, ANDI sebelumnya sempat berencana menambah kapasitas produksi PKS perusahaan dari semula 30 ton per jam menjadi 45 ton per jam tahun ini. Agenda ekspansi tersebut diperkirakan bakal membutuhkan dana investasi sekitar Rp 30 miliar.
Dengan adanya fokus untuk penguatan produktivitas, ANDI menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 50 miliar untuk pembelian boiler dengan kapasitas 45 ton dan pengadaan turbin untuk menjaga produktivitas PKS alih-alilh mengawal ekspansi kapasitas produksi.
“Kami berharap produksi kami akan meningkat di semester II dan pandemi ini akan seggera berakhir,” tutur Francis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News