Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. India dan Pakistan merupakan salah satu kawasan tujuan utama ekspor sawit atau crude palm oil (CPO) asal Indonesia.
Saat ini, India dan Pakistan tengah berada di ambang konflik terbuka, setelah militer India menyerang jauh di dalam wilayah Pakistan pada dini hari tanggal 7 Mei 2025.
Terkait hal ini, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono menyampaikan, jika perang kedua tersebut berlangsung berkepanjangan, maka ekspor CPO asal Indonesia ke kedua negara tersebut terancam menurun.
Baca Juga: Ekspor dari Malaysia Meningkat, Harga CPO Membaik
Dan jika penurunan ekspor ke kedua negara tersebut benar terjadi, maka ada potensi harga minyak sawit (CPO) akan tertekan.
"Kalau perang berkepanjangan dan ekspor kita menurun ke kedua negara tersebut, maka stock akan naik. Dan ini bisa menekan harga, dan bukan hanya minyak sawit saja tetapi semua minyak nabati akan tertekan harganya," ujar Eddy kepada Kontan.co.id, Kamis (8/6).
Menurut catatan Gapki, India merupakan pasar ekspor minyak sawit Indonesia terbesar kedua setelah China. Eddy mencatat ekspor minyak sawit Indonesia ke India mencapai 5 juta ton per tahun.
Ada pun, Pakistan adalah negara tujuan ekspor ke empat setelah Uni Eropa. Total volume ekspor CPO Indonesia ke Pakistan mencapai 3 juta ton per tahun.
Baca Juga: Kinerja Ekspor CPO dan Batubara Turun Pada Maret 2025
Eddy menututurkan, seberapa besar dampak konflik kedua negara tersebut terhadap kinerja ekspor CPO Indonesia tergantung pada berapa lama ketegangan itu terjadi.
Namun, Eddy memastikan bahwa perdagangan CPO antara Indonesia dengan India dan Pakistan hingga saat ini masih dalam kondisi baik. "Hingga sekarang tidak ada masalah, baik dengan India dan Pakistan," pungkas Eddy.
Selanjutnya: Soal Direksi BUMN, Prabowo Minta Dipilih Berdasarkan Jenjang Karier
Menarik Dibaca: DANA & Ant International Targetkan 5.000 UMKM Perempuan Belajar Bisnis hingga AI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News