kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

GAPKI: Unilever Tidak Objektif


Kamis, 17 Desember 2009 / 07:06 WIB
GAPKI: Unilever Tidak Objektif


Reporter: Asnil Bambani Amri |

JAKARTA. Kisruh penghentian pembelian minyak sawit mentah (CPO) buatan PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (Smart) oleh PT Unilever Tbk (UNVR) terus bergulir. "Unilever hanya mempertimbangkan (temuan) sepihak dan terburu-buru," kata Joko Supriyono, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Rabu (16/12).

Temuan sepihak yang disebut Joko adalah laporan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Greenpeace yang mengatakan Smart merusak hutan. Unilever pun memutuskan tidak membuat kontrak pembelian CPO anyar lagi dengan Smart. Sekretaris
Perusahaan PT Unilever Tbk Franky Jamin menyatakan, keputusan Unilever menghentikan pembelian CPO dari Smart itu mengacu laporan dari Greenpeace.

"Greepeace melaporkan ada tindakan yang tidak sesuai dengan kelestarian lingkungan," jelas Franky. Karenanya, Unilever akan menutupi kebutuhan minyak sawitnya dari produsen lain yang mendukung kelestarian lingkungan.

Unilever tetap melanjutkan kontrak dengan Smart yang masih berjalan sampai dengan April 2010 mendatang. “Yang kami tangguhkan adalah kontrak pembelian yang baru,” kata Franky.

Namun menurut Joko, langkah yang ditempuh Unilever tersebut tidak mencerminkan penanganan masalah secara objektif dan bertanggungjawab. "GAPKI memandang penghentian pembelian dan mengumumkannya ke media massa bukan hanya menyangkut kelompok Smart, tetapi juga mempengaruhi sikap industri sawit Indonesia terhadap Unilever," ungkap Joko.

Kehilangan Rp 370 M

Direktur Utama PTSinar Mas Agro Resources and Technology Tbk Daud Dharsono menyatakan, laporan yang disusun oleh Greenpeace terhadap Smart hanya memiliki kebenaran 15% saja, sedangkan 85%-nya dinilai adalah kebohongan.

"Kami sudah menyanggah dan minta rekonfirmasi, namun tidak direspon baik oleh Greenpeace, maupun auditor dari Unilever," jelas Daud. Namun, Smart belum memikirkan apakah akan melakukan tindakan hukum kepada Greenpeace.

Dari Januari hingga September 2009, Smart melakukan transaksi minyak sawit senilai Rp 11 triliun. Dari nilai ini, nilai transaksi dengan PT Unilever Tbk mencapai Rp 370 miliar. Selama ini, Smart hanya menyuplai 5% dari kebutuhan CPO Unilever secara keseluruhan, atau setara dengan volume 47.000 ton.

Setelah Unilver tak mau membeli lagi, akan dikemanakan CPO Smart 'jatah' Unilever? “Sekarang Smart menjual kepada yang mau beli. Kalau tidak ada yang mau beli, ya kita cari,” jelas Daud.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×