Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten penerbangan nasional pelat merah, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mengungkapkan sejumlah tantangan bisnis penerbangan di tahun ini. Tantangan ini akan diwaspadai Garuda Indonesia agar tidak mengganggu target peningkatan kinerja di tahun ini.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, terdapat beberapa hal yang perlu diantisipasi khususnya terkait ketidakpastian kebijakan moneter global yang perlu menjadi perhatian serius.
Ia menjelaskan, perubahan kebijakan moneter oleh bank sentral utama, terutama Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat, menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan global. Kenaikan suku bunga atau pengurangan stimulus moneter dapat berdampak pada arus modal dan nilai tukar mata uang, termasuk mata uang Rupiah.
Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) Optimistis Jumlah Penumpang Naik di 2024, Ini Pendorongnya
"Fluktuasi mata uang ini, pada gilirannya, dapat memengaruhi daya saing ekspor, inflasi, dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan," kata Irfan kepada Kontan.co.id, Jumat (5/1).
Namun demikian, kata Irfan, sesuai dengan proyeksi yang diperkirakan oleh Bank Dunia dan IMF di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan stabil di angka 5%, yang juga sejalan dengan berdasarkan asumsi makro APBN 2024, sekaligus melihat kecenderungan daya beli masyarakat yang tetap stabil dan terjaganya inflasi di titik yang rendah, tentunya Garuda Indonesia akan terus melakukan akselerasi optimalisasi rencana produksi yang dimiliki sehingga laju bisnis tetap berjalan positif sesuai dengan yang direncanakan.
Irfan menuturkan, Garuda Indonesia optimistis bahwa rencana bisnis yang akan dikembangkan sepanjang tahun 2024 bisa berjalan optimal sejalan dengan situasi daya beli masyarakat yang masih stabil dan selaras dengan perkembangan situasi politik, pembangunan, dan pariwisata nasional yang terus bertumbuh secara positif.
Dipandang dari aspek lain, tantangan supply chain Garuda Indonesia perkirakan masih menjadi tantangan tersendiri dalam upaya industri penerbangan memaksimalkan ketersediaan alat produksi.
"Hal ini yang juga terus kami antisipasi melalui pengukuran secara prudent atas timeline maupun kebutuhan penyediaan sparepart maupun outlook pengembangan struktur armada," tukas Irfan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News