Reporter: Nina Dwiantika, RR Putri Werdiningsih | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Seakan belum sempat bernafas rileks, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia sudah pasang rencana untuk membangun satu atau dua hanggar lagi. Anak perusahaan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk itu kembali memilih lokasi di Cengkareng, Tangerang, Banten.
Rancangan Garuda Maintenance, satu hanggar mampu menampung enam pesawat narrow body alias berbadan sedang. "Dengan kondisi sekarang ini sendiri kami sudah kewalahan, mesti menambah hanggar," kata Richard Budihadianto, Presiden Direktur PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia kepada KONTAN, Jumat lalu (25/9).
Manajemen Garuda Maintenance memperkirakan, waktu pembangunan satu hanggar memakan sekitar dua tahun. Selebihnya, mereka belum bisa membeberkan waktu realisasi pembangunan dan proyeksi biaya investasi.
Yang pasti, biaya investasi satu hanggar anyar di Cengkareng itu lebih murah ketimbang hanggar keempat yang juga terletak di Cengkareng. Patut diketahui, hanggar keempat Garuda Maintenance resmi mulai beroperasi sejak hari Senin (28/9) ini.
Sebagai perbandingan, hanggar keempat berkapasitas 16 pesawat berbadan sedang. Nilai investasi hanggar itu mencapai US$ 60 juta.
Meski baru resmi beroperasi hari ini, Garuda Maintenance mengklaim, ruang hanggar keempat mereka sudah disesaki pesawat dari Grup Garuda Indonesia dan maskapai penerbangan lain. Dus, hanya tersisa satu ruang kosong untuk perbaikan pesawat.
Sembari menambah hanggar di Cengkareng, Garuda Maintenance tetap melanjutkan pembangunan hanggar di Bintan, Kepulauan Riau. Perusahaan tersebut masih menunggu Gallant Venture memnyelesaikan pembangunan bandar udara. Sebab, bisnis hanggar tak bisa berjalan jika landas pacu alias runway bandara belum jadi.
Perkiraan rampung pembangunan runway adalah akhir tahun 2017. Sementara perkiraan hanggar Bintan siap beroperasi pada 2018 nanti.
Mengingatkan saja, Garuda Maintenance membangun hanggar di Bintan bersama Gallant Venture melalui anak usaha patungan bernama Bintan Aviation Investment. Hanggar itu untuk memperbaiki pesawat wide body atau berbadan besar.
Garuda Maintenance optimistis bisnis mereka menggiurkan di masa mendatang. Richard membeberkan, terdapat total transaksi pemesanan 2.500 unit pesawat pada ajang pameran Paris Air Show, yang belum lama ini berlangsung. Sebanyak 50% pesanan berasal dari Asia. "Klien kami kan sudah global juga," ujarnya.
Dasar optimisme lain, transaksi bisnis perbaikan dan perawatan pesawat dalam dollar Amerika Serikat. Alhasil Garuda Maintenance mengaku tak terpengaruh depresiasi rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News