kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Global Teleshop incar pendapatan Rp 4,56 trililiun


Rabu, 09 April 2014 / 07:00 WIB
Global Teleshop incar pendapatan Rp 4,56 trililiun
ILUSTRASI. Drama The First Responders, drama terbaru yang kisahkan kerjasama detektif polisi, pemadam kebakaran, dan para medis yang bekerjasama pecahkan kasus kriminal.


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

JAKARTA. Penetrasi pasar telepon pintar di Tanah Air yang masih kecil, menjadi harapan manis bagi pertumbuhan PT Global Teleshop Tbk tahun 2014. Anak usaha
PT Trikomsel Oke ini meyakini bisa mencetak pendapatan Rp 4,56 triliun tahun.


Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013, berarti Global Teleshop mengejar pertumbuhan pendapatan 17,22%. Pasalnya tahun 2013, perusahaan ini mencatatkan pendapatan Rp 3,89 triliun.


Direktur Utama Global Teleshop Evi Soenarjo menyatakan, target pertumbuhan yang ditetapkan tersebut adalah target konservatif. "Setiap tahun seharusnya kami bisa bertumbuh di atas 20% untuk top line sedangkan pertumbuhan bottom line sangat bergantung dari margin yang diberikan principal (pemilik merek)," kata Evi kepada KONTAN, belum lama ini.


Sekadar mengingatkan, bottom line alias laba perusahaan  ini tahun 2013 sekitar Rp 115,04 miliar. Angka ini naik tipis 1,65% dari laba 2012.


Optimisme Global Teleshop dipicu keyakinan penetrasi telepon pintar bakal bertumbuh tahun ini. Catatan Evi, tahun lalu, pengguna telepon pintar baru 23% terhadap total penduduk Indonesia. Tahun ini, dia meyakini penetrasi pasar bisa menjadi 27%.


Selain menggantungkan nasib pada ceruk pasar yang masih menganga, Global Teleshop memilih konsisten menjual produk premium (high end). Selama ini, perusahaan menjual telepon pintar kelas premium merek Nokia, BlackBerry, Apple, Sony, Samsung Mobile, LG Mobile, HTC, dan Lenovo. Plus, komputer jinjing merek Acer. Dengan fokus menjual telepon pintar premium, nilai rata-rata produk atawa average selling price (ASP) pun cukup tinggi, yakni Rp 2,7 juta.


Namun, pilihan untuk menjual telepon pintar premium menuntut konsistensi berupa gerai di pusat perbelanjaan kelas premium pula. Dengan kata lain, Global Teleshop tak bisa sembarang buka gerai di pusat perbelanjaan.


Pada kenyataannya, Evi mengakui, ekspansi pembukaan pusat perbelanjaan tak sekencang beberapa tahun lalu. Dus, "Kami masih membicarakan untuk pembukaan gerai," terang Evi.


Untuk menyiasati keterbatasan tersebut, perusahaan ini pasang strategi dengan menjalin kerjasama eksklusif dengan salah satu merek besutan produsen tertentu. Sayang, Evi belum ingin blak-blakan perihal rencana ini.


Pilihan tak menambah gerai tersebut bertolak belakang dengan strategi yang ditetapkan perusahaan tahun 2013. Berbekal anggaran US$ 1 juta- US$ 2 juta, tahun lalu, Global Teleshop menargetkan menambah 50 gerai baru. Penambahan gerai tersebut diharapkan bisa menggenapi jumlah gerai menjadi 404 unit hingga akhir tahun 2013.


Sementara itu, terkait dengan wacana pemerintah yang akan mengenakan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) untuk telepon pintar, Evi berharap pemerintah mau mengajak para pebisnis di bidang distribusi dan ritel produk telekomunikasi. "Bukan hanya mengundang manufaktur, tapi semua pihak yang berkaitan dengan ini harus dilibatkan," kata Evi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×