Reporter: Agung Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk memilih berkompromi dengan situasi. Ketimbang mengejar target penyelesaian ekspansi pabrik plate mill II pada semester II 2017, mereka memundurkan jadwal penyelesaiannya menjadi akhir tahun 2018.
Menurut catatan Gunawan Dianjaya, pembangunan pabrik plate mill II sudah sampai tahap 65%. Seluruh capital expenditure (capex) atau dana belanja modal tahun ini juga mereka curahkan hanya untuk kebutuhan itu.
Sepanjang semester I 2017 Gunawan Dianjaya sudah membelanjakan Rp 70 miliar dari total capex Rp 120 miliar. Dus, anggaran pembangunan pabrik plate mill II pada paruh kedua tahun ini sebesar Rp 50 miliar.
Menurut rancang bangun Gunawan Dianjaya, pabrik plate mill II memiliki kapasitas produksi 1 juta ton pelat baja per tahun. Kapasitas produksi tersebut 2,5 kali lebih besar ketimbang kapasitas produksi terpasang saat ini, yakni 400.000 ton pelat baja per tahun. Jadi, kalau pembangunan pabrik plate mill II rampung, mereka akan memiliki total kapasitas produksi tepasang 1,4 juta ton pelat baja per tahun.
Adapun penyebab utama Gunawan Dianjaya memundurkan jadwal penyelesaian pabrik karena kondisi pasar baja yang belum kondusif. Perusahaan berkode saham GDST di Bursa Efek Indonesia itu melihat, permintaan baja belum agresif.
Saat ini saja, Gunawan Dianjaya ketar-ketir melihat arah kebijakan pemerintah dalam menggodok anggaran belanja negara untuk tahun depan. "Saya khawatir arahnya lebih difokuskan ke industri baja BUMN," tutur Hadi Sutjipto, Direktur PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk kepada KONTAN, Rabu (16/8).
Semula Gunawan Dianjaya terlanjur berangan-angan, pertumbuhan bisnis bisa sejalan dengan arah pengembangan proyek infrastruktur pemerintah. Tahun ini mereka menargetkan bisa tumbuh di angka 5%.
Dus, Gunawan Dianjaya berharap, pemerintah bersedia memberikan peluang yang sama besar kepada pelaku industri manapun. Tak terbatas pada BUMN saja.
Tak gampang ekspor
Sejatinya, lingkup pasar Gunawan Dianjaya tak cuma pasar dalam negeri. Mereka juga menjajakan baja ke Singapura dan Malaysia. Hanya saja, porsi penjualan ekspor masih terbilang mini.
Mengacu pada catatan penjualan semester I 2017, Gunawan Dianjaya mencatatkan penjualan ekspor Rp 24,8 miliar. Nilai tersebut setara dengan 4,05% terhadap total penjualan bersih. (lihat Harian KONTAN, Jumat 18 Agustus 2017)
Bukan tak mau memacu penjualan ekspor, ekspansi bisnis Gunawan Dianjaya di luar negeri juga tak segampang yang dikira. "Sebab terganjal proteksionisme oleh banyak negara tujuan ekspor," beber Hadi.
Pada saat yang bersamaan, pada paruh pertama kemarin Gunawan Dianjaya harus menanggung kenaikan bahan baku pelat baja. Menurut mereka, kenaikan bahan baku sejalan dengan kenaikan harga komoditas dunia.
Kembali mengintip laporan keuangan semester I 2017, pemakaian bahan baku tercatat Rp 510,28 miliar. Pemakaian bahan baku yang masuk dalam pos beban pokok penjualan itu, naik 89,52% ketimbang pemakaian bahan baku pada semester I 2016.
Sementara pertumbuhan penjualan bersih semester I 2017 di bawah kenaikan pemakaian bahan baku tadi. Penjualan bersih semester I tahun ini tumbuh 45,97% menjadi Rp 605,06 miliar. Karena itulah, laba periode berjalan Gunawan Dianjaya menyusut hampir empat kali lipat pada semester I 2017 menjadi Rp 9,06 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News