kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hadapi Kenaikan Harga Produksi Minyak Goreng, Begini Siasat Sinarmas Agro (SMAR)


Minggu, 26 Desember 2021 / 16:25 WIB
Hadapi Kenaikan Harga Produksi Minyak Goreng, Begini Siasat Sinarmas Agro (SMAR)
ILUSTRASI. Pabrik minyak goreng PT SMART Tbk.


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen minyak goreng, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) menyatakan jika harga produksi meningkat seiring meningkatnya kenaikan harga pasar CPO (Crude Palm Oil) internasional.

Namun demikian, Pinta S. Chandra, Investor Relations, Sinar Mas Agribusiness and Food enggan memberikan detail banyaknya kenaikan harga produksi yang dihadapi. "Ya betul, harga produksi minyak saat ini mengikuti kenaikan harga pasar internasional CPO," tutut Pinta kepada Kontan, Minggu (26/12).

Sebelumnya harga minyak sawit berkisar antara US$ 500 AS hingga US$ 710 per metrik ton telah melonjak hingga US$1.350 per metrik ton.

Pihaknya mengungkapkan, kenaikan harga jual juga turut mengiringi kenaikan harga produksi tersebut. Pinta menambahkan, perusahaan terus berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan terkait untuk penyaluran minyak goreng terjangkau ke masyarakat. Hingga akhir Desember 2021, SMAR menargetkan untuk menyalurkan lebih dari 700.000 liter minyak goreng dengan harga terjangkau hingga tutup tahun.

Baca Juga: Ini penggunaan hasil penerbitan obligasi Sinar Mas Agro (SMAR) Rp 2,5 triliun

Hingga kini, SMAR telah menyalurkan lebih dari 580.000 liter minyak goreng kemasan dengan harga terjangkau. Upaya ini merupakan bentuk dukungan bagi program pemerintah untuk stabilisasi harga minyak goreng di pasaran. Bekerja sama dengan pengusaha ritel nasional, minyak goreng kemasan dihargai Rp 14.000 per liter, jauh lebih murah dari harga pasaran yang berkisar Rp 19.000 – 20.000 per liter pada saat ini.

"Kenaikan harga ini merupakan pengaruh dari kenaikan harga pasar internasional CPO yang menjadi bahan baku minyak goreng. Jadi, perusahaan yang mengolah CPO menjadi minyak goreng tidak berasal dari perusahaan sama. Sehingga perusahaan tersebut harus membeli CPO dari luar yang harganya akan bergantung dengan volatilitas pasar. Maka jika harga CPO naik, harga minyak goreng curah dan kemasan akan ikut naik," jelas SMAR mengenai kenaikan harga minyak goreng.

Alasan lainnya adalah, jumlah pasokan minyak kelapa sawit yang terbatas, dan dialami hampir di seluruh industri minyak nabati dunia. Faktor cuaca misalnya, adalah salah satu faktor yang menyebabkan pasokan minyak nabati menjadi terbatas.

 

SMAR menambahkan, untuk mengatasi harga minyak goreng yang merangkak naik, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyalurkan 11 juta liter minyak goreng dengan harga terjangkau dari November hingga Desember 2021.

Ia mengatakan, penjualan minyak goreng hanya dilakukan ritel dengan tujuan untuk menghindari kerumunan masyarakat di saat pandemi COVID-19 masih belum usai.

"Program penyaluran minyak goreng harga terjangkau rencananya akan berlangsung hingga akhir Desember 2021, terutama untuk menghadapi lonjakan permintaan minyak goreng saat Natal dan Tahun Baru 2022 (Nataru).  Ke depan, upaya ini akan melibatkan lebih banyak industri minyak kelapa sawit untuk menjawab tantangan di lapangan," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×